Bumi Berputar Makin Lambat, Kehidupan Baru Lahir di Dunia

Intan Rakhmayanti,  CNBC Indonesia
31 December 2025 07:45
Pemandangan Bumi dari Luar Angkasa (Twitter/@Inspiration4)
Foto: Pemandangan Bumi dari Luar Angkasa (Twitter/@Inspiration4)

Jakarta, CNBC Indonesia - Satu hari di Bumi tidak selalu berdurasi 24 jam seperti yang kita kenal saat ini.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa selama sekitar satu miliar tahun, panjang satu hari di Bumi bertahan di kisaran 19 jam akibat keseimbangan antara lautan, atmosfer, dan tarikan gravitasi Bulan.

Penelitian tersebut dipimpin oleh Ross Mitchell, geofisikawan dari Institute of Geology and Geophysics, Chinese Academy of Sciences.

Timnya menganalisis puluhan catatan geologis dari batuan sedimen yang mencakup sejarah Bumi selama 2,5 miliar tahun. Dengan menggunakan metode siklostratigrafi, para peneliti membaca pola berulang dalam lapisan batuan yang merekam perubahan orbit dan rotasi Bumi.

Hasilnya menunjukkan bahwa rotasi Bumi tidak selalu melambat secara linier, melainkan mengalami periode "datar" yang panjang, diselingi fase perlambatan yang lebih cepat. Salah satu periode paling mencolok terjadi antara dua hingga satu miliar tahun lalu, ketika panjang hari bertahan di sekitar 19 jam, demikian dikutip dari Earth.com, Selasa (30/12/2025).

Menurut Mitchell, pada fase ini, dorongan pasang surut atmosfer akibat pemanasan Matahari hampir sepenuhnya mengimbangi efek pengereman dari Bulan, menciptakan kondisi resonansi yang menahan perubahan rotasi Bumi.

Fenomena ini ternyata berdampak besar pada evolusi kehidupan. Pada era tersebut, produksi oksigen di Bumi didominasi oleh mikroba fotosintetik di dasar laut dangkal. Lamanya waktu siang hari sangat menentukan seberapa banyak oksigen yang dapat dilepaskan ke lingkungan.

Eksperimen menunjukkan bahwa hari yang terlalu pendek justru membuat ekosistem mikroba menyerap lebih banyak oksigen daripada yang dihasilkan.

Dengan hari yang "terkunci" di 19 jam, suplai oksigen global pun tertahan, menjelaskan mengapa kadar oksigen Bumi relatif stabil dan tidak melonjak selama periode tersebut. Baru setelah Bumi keluar dari kondisi resonansi dan hari kembali menuju 24 jam, produksi oksigen meningkat signifikan.

Tambahan waktu siang memberi ruang bagi fotosintesis yang lebih intens, membuka jalan bagi munculnya kehidupan kompleks. Meski peristiwa 19 jam ini terjadi dalam skala miliaran tahun, rotasi Bumi hingga kini masih terus berubah.

Data jam atom menunjukkan panjang hari modern dapat berfluktuasi dalam hitungan milidetik akibat dinamika atmosfer, laut, dan pergerakan logam cair di inti Bumi.

Studi sebelumnya bahkan menemukan osilasi rutin selama 5,9 tahun serta lonjakan mendadak yang berkaitan dengan perubahan medan magnet Bumi, atau yang dikenal sebagai geomagnetic jerks.

Studi ini disebut secara fundamental mengubah pemahaman tentang dinamika jangka pendek pada inti fluida Bumi.

Temuan ini juga mengindikasikan bahwa mantel bawah Bumi mengantarkan listrik dengan buruk, sehingga membatasi interaksi antara inti yang bergerak dan mantel, serta memberi wawasan baru tentang bagian terdalam planet.

(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kiamat Makin Dekat, Ahli Sebut Posisi Bumi Sudah Doyong


Most Popular
Features