MARKET DATA

Warga RI Ramai-ramai Serbu Teknologi Baru, Eropa Ketinggalan

Intan Rakhmayanti Dewi,  CNBC Indonesia
09 December 2025 19:20
Artificial Intelligence (AI). REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo
Foto: Artificial Intelligence (AI). REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) di Indonesia dinilai memasuki fase percepatan, seiring meningkatnya literasi digital masyarakat serta kesiapan korporasi dalam membangun fondasi teknologi yang lebih matang.

Hal ini disampaikan oleh Mulia Dewi Karnadi, President Director Ingram Micro Indonesia, yang menegaskan bahwa AI kini bukan lagi sekadar tren teknologi, melainkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari.

Menurut Dewi, perubahan besar yang dibawa AI sudah tak terhindarkan. Karena itu, industri dituntut untuk beradaptasi dengan cepat.

"Kalau kita nggak mau mengambil perubahan daripada teknologi dan mengadopsinya, tentu akhirnya kita akan tertinggal juga," ujarnya dalam acara Ingram Micro Innovation Dat (IMID) 2025 di Jakarta, Selasa (9/12/2025).

Sebagai distributor teknologi, Ingram Micro mengambil posisi strategis dalam mendorong adopsi AI nasional. Dewi menekankan bahwa peran perusahaan bukan hanya menyalurkan perangkat dan solusi, tetapi juga membangun support system yang melengkapi ekosistem teknologi digital Indonesia.

Ia menjelaskan bahwa perkembangan AI sebenarnya baru benar-benar bergulir dalam 10 tahun terakhir. Namun percepatan paling signifikan terjadi dalam 3-4 tahun terakhir berkat hadirnya generative AI.

Menariknya, Indonesia justru bergerak cepat mengikuti gelombang inovasi tersebut. "Walaupun kita negara muda, tetapi digital literacy kita sangat tinggi," ujar Dewi.

"Adopsi kita terhadap newest technology pun juga dibandingkan mungkin negara-negara di Eropa sana, kita jauh lebih cepat ya," sambungnya.

Ia menyebut populasi besar dan dominasi generasi muda sebagai pendorong kuat tumbuhnya adopsi teknologi mutakhir di Tanah Air.

Di tingkat korporasi, perubahan pola konsumsi teknologi juga mulai terlihat jelas. Menurut Dewi, perusahaan-perusahaan besar sudah memasuki fase di mana penggunaan hybrid cloud dan private cloud menjadi kebutuhan strategis.

President Director Ingram Micro Indonesia, Mulia Dewi Karnadi dalam acara Ingram Micro Innovation Day (IMID) 2025 di Jakarta, Selasa (9/12/2025). (CNBC Indonesia/
Intan Rakhmayanti Dewi)Foto: President Director Ingram Micro Indonesia, Mulia Dewi Karnadi dalam acara Ingram Micro Innovation Day (IMID) 2025 di Jakarta, Selasa (9/12/2025). (CNBC Indonesia/ Intan Rakhmayanti Dewi)
President Director Ingram Micro Indonesia, Mulia Dewi Karnadi dalam acara Ingram Micro Innovation Day (IMID) 2025 di Jakarta, Selasa (9/12/2025). (CNBC Indonesia/Intan Rakhmayanti Dewi)

Ia menyebut ada dua fondasi utama yang mendorong peralihan tersebut, yakni regulasi data, serta optimalisasi.

"Karena sebenarnya fondasinya ada dua, fondasinya satu mengenai data software yang mana sudah dikeluarkan undang-undang oleh pemerintah juga, bahwa harus semuanya di Indonesia," terangnya.

"Dan kedua adalah dari perspektif optimalisasi dan confidentiality daripada perusahaan juga. Bahwa kalau sudah masuk production, data itu akan menjadi aset." oungkasnya.

(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Indonesia Gandeng Negara Arab Latih 10 Juta Warga RI Melek Digital


Most Popular