MARKET DATA

Peringatan BMKG Soal Kondisi Cuaca Sekitar Natal dan Tahun Baru

Intan Rakhmayanti Dewi,  CNBC Indonesia
03 December 2025 10:35
Kondisi jalan lintas Tarutung-Padang Sidempuan kilometer 12 hingga Batu Jomba, Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, Senin (1/12/2025). (Dok. BNPB)
Foto: Kondisi jalan lintas Tarutung-Padang Sidempuan kilometer 12 hingga Batu Jomba, Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, Senin (1/12/2025). (Dok. BNPB)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang puncak mobilitas libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan terkait potensi cuaca ekstrem yang diprediksi meningkat tajam di berbagai wilayah Indonesia.

Dalam rapat koordinasi nasional, Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani menyebut ada potensi risiko hidrometeorologi, terutama hujan ekstrem, angin kencang, petir merusak, puting beliung, hujan es, hingga gangguan jarak pandang yang mengganggu penerbangan dan pelayaran.

"Trennya terus naik. Jawa Barat memimpin frekuensi kejadian hujan ekstrem dan angin kencang, disusul Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ini harus menjadi perhatian kita bersama," ujar Faisal dalam keterangan pers, dikutip Rabu (3/12/2025).

BMKG memproyeksikan cuaca nasional dipengaruhi beberapa fenomena atmosfer dalam minggu kedua Desember hingga awal Januari.

Monsoon Asia diperkirakan mulai aktif dan meningkatkan curah hujan, sementara anomali Madden Julian Oscillation, gelombang Kelvin, dan Rossby Equator berpotensi memicu hujan ekstrem di sejumlah daerah.

Sementara itu, seruak dingin Siberia diprediksi ikut memperkuat intensitas hujan, ditambah peluang tumbuhnya bibit siklon tropis di wilayah selatan Indonesia.

Adapun wilayah yang perlu waspada pembentukan bibit siklon antara lain Bengkulu, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa - Bali, NTB, NTT, Maluku, Papua Selatan dan Tengah.

BMKG mengingatkan bahwa meskipun Indonesia umumnya tidak berada di jalur siklon tropis, anomali cuaca dapat menyebabkan penyimpangan. Siklon Senyar yang sempat memicu kerusakan luas dan hujan ekstrem lebih dari 380 mm per hari seperti di Aceh beberapa waktu lalu.

Pada periode 28 Desember hingga 10 Januari, hampir seluruh wilayah Jawa, Bali, NTT, NTB, sebagian Sulawesi Selatan, dan Papua Selatan diperkirakan mengalami hujan tinggi hingga sangat tinggi, mencapai 300-500 mm per bulan.

Selain hujan ekstrem, potensi banjir rob juga muncul di pesisir Jakarta, Banten, dan Pantura Jawa Barat akibat fase perigee dan bulan purnama pada pertengahan Desember.

Untuk menjaga kelancaran mobilitas dan mempercepat penanganan darurat, BMKG bersama BNPB telah mengaktifkan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di tiga bandara utama, yakni Sultan Iskandar Muda (Aceh), Kualanamu (Sumut), dan Padang.

Operasi ini bertujuan menurunkan curah hujan di wilayah padat atau rawan bencana dengan metode penyemaian NACL atau Calcium Oxide.

Namun, BMKG menegaskan OMC hanya dapat dilakukan setelah adanya penetapan status siaga darurat oleh pemerintah daerah karena tingginya biaya dan besarnya risiko operasional.

"OMC hanya bisa dilakukan bila gubernur menetapkan status siaga darurat. Tanpa itu, operasi tidak bisa dijalankan karena biaya dan risikonya sangat besar," jelasnya.

Di sisi lain, BMKG menegaskan bahwa siklon tropis dapat diprediksi hingga 8 hari sebelumnya. Peringatan dini telah dikirimkan berulang saat adanya Siklon Senyar.

Pemerintah daerah dapat secara aktif berkonsultasi dengan Balai Besar BMKG, segera menggelar rapat koordinasi bersama Forkopimda, serta memperkuat sistem respons dini menjelang libur Nataru.

BMKG juga membuka posko nasional di berbagai pelabuhan dan bandara, serta menyiapkan aplikasi pendukung seperti radar cuaca, DWT untuk jalan raya, dan Inawis untuk pemantauan laut.

Mendagri menyampaikan bahwa dua kejadian besar banjir bandang dan longsor di Cilacap, Banjarnegara, Jawa Tengah, serta bencana luas di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatra Barat menjadi peringatan nyata bahwa ancaman dapat muncul setiap saat dan di lokasi mana pun.

"Kita belum tahu apa yang menghadang ke depan. Sama seperti yang terjadi di Sumatra Utara, kejadiannya sangat cepat dan kita mungkin kurang siap," tegasnya.

Faisal menutup paparannya dengan mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk memaksimalkan peringatan dini menjadi tindakan dini.

"Rapat ini penting agar kita memiliki kesiapsiagaan dengan awas, siaga menuju keselamatan. Early warning menimbulkan early action menuju zero victim." pungkasnya

(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hujan Deras di Jakarta Sampai Kapan, Ini Kata Ahli dari BRIN


Most Popular