China Bikin Malu NASA, Elon Musk Pasti Waswas

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
Jumat, 28/11/2025 11:10 WIB
Foto: China pada hari Sabtu meluncurkan roket Long March-7 Y6 yang membawa pasokan ke stasiun ruang angkasa Tiangong China. (Getty Ima/China News Service)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah tiga astronaut di stasiun luar angkasa Tiangong terpaksa menunda kepulangan karena kapsul mereka mengalami retakan, Beijing melakukan operasi kilat untuk memastikan keselamatan kru yang sempat terancam tanpa kendaraan pulang.

Masalah bermula ketika Badan Luar Angkasa Berawak China (China Manned Space Agency/CMSA) menemukan "retakan kecil" di jendela kapsul Shenzhou-20. Retakan itu diduga akibat hantaman serpihan antariksa, sehingga wahana tersebut dinyatakan tidak memenuhi standar keselamatan untuk membawa pulang kru.

Akibatnya, tiga astronaut yang harus kembali pada 14 November terpaksa memakai wahana cadangan Shenzhou-21, yang sebenarnya baru datang pada akhir Oktober untuk mengantar kru pengganti.


Keputusan itu membuat kru baru berada dalam situasi rawan karena wahana yang mereka gunakan untuk tiba di stasiun kini sudah dipakai pulang, meninggalkan mereka tanpa kendaraan darurat jika terjadi insiden.

Melihat kondisi genting tersebut, pemerintah China bergerak cepat. Kurang dari dua minggu setelah insiden retakan diumumkan, CMSA sukses meluncurkan wahana tak berawak Shenzhou-22 sebagai kendaraan pengganti.

Seperti dilaporkan Reuters, peluncuran dilakukan Selasa pagi dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan di wilayah barat laut China. Beberapa jam kemudian, wahana itu merapat ke stasiun Tiangong dan langsung menambah lapis keamanan bagi kru yang bertugas.

"Misi peluncuran berlangsung dengan sukses," kata CMSA dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Futurism, Jumat (28/11/2025).

Kecepatan operasi ini terjadi hanya sebelas hari sejak masalah ditemukan. Artinya ini bisa menjadi bukti percepatan signifikan dalam perkembangan program antariksa China. Negara tersebut kini memiliki kehadiran permanen di orbit hanya dalam beberapa tahun sejak Tiangong dioperasikan.

Sebaliknya, program antariksa negara lain menghadapi tantangan lebih panjang. NASA, misalnya, pernah mengalami keterlambatan hingga sembilan bulan untuk memulangkan astronot Suni Williams dan Butch Wilmore akibat masalah teknis wahana Boeing Starliner. Keduanya baru dapat kembali setelah menumpang SpaceX Dragon.

Berbeda dari NASA yang mengandalkan industri swasta dan kapsul Soyuz Rusia, China membangun sistemnya secara mandiri melalui rangkaian wahana Shenzhou. Meski masih memakai roket sekali pakai, program ini dinilai terus mendekati kemampuan kompetitor global seperti SpaceX milik Elon Musk.

Meski Shenzhou-20 tidak lagi memenuhi syarat keselamatan bagi manusia, media lokal melaporkan kapsul tersebut kemungkinan masih dapat difungsikan untuk membawa kargo.

Di sisi lain, Shenzhou-22 tak hanya membawa harapan keselamatan, tetapi juga pasokan penting bagi kru. Wahana itu penuh dengan logistik, termasuk buah, sayur segar, hingga sayap ayam yang dapat dimasak menggunakan oven luar angkasa baru mereka.


(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Smart Screen Prabowo Merek China, Ini Harga & Spesifikasinya