BMKG Sebut Siklon Tropis Senyar Fenomena Tidak Umum, Begini Alasannya

Redaksi, CNBC Indonesia
Kamis, 27/11/2025 20:50 WIB
Foto: (kiri-kanan) Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani, Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani, Deputi bidang Meteorologi BMKG Guswanto dalam Konferensi Pers Perkembangan Terkini Bibit Siklon 95B dan update Cuaca di Wilayah Indonesia di Jakarta, Rabu (26/11/2025). (Dok. BMKG)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bencana banjir terjadi di wilayah bagian utara Sumatra mulai dari Provinsi Aceh, Sumatra Utara, hingga Sumatra Barat. Potensi bencana hidrologi ini telah diungkap oleh BMKG lewat peringatan soal Siklon Tropis Senyar.

Kepala BMKG,Teuku Faisal Fathani, mengatakan kondisi ini dapat meningkatkan suplai air di perairan hangat Selat Malaka. Akibatnya, akan muncul awan hujan di bagian utara Sumatra. Saat ini, Siklon Tropis Senyar berpusat di sekitar 5.0° LU dan 98.0° BT dengan tekanan udara minimum mencapai sekitar 998hPa dan kecepatan angin maksimum di sekitar sistem mencapai 43 knot (80 km/jam).

"Dalam 48 jam ke depan Siklon Tropis Senyar diperkirakan akan menurun intensitasnya menjadi Depresi Tropis," kata Faisal dalam laman BMKG dikutip Kamis (27/11/2025).


Siklon Tropis Senyar merupakan siklon yang tumbuh dari Bibit Siklon 95B di kawasan Selat Malaka, bagian timur Aceh. Siklon ini dapat berdampak signifikan terhadap potensi terjadinya hujan sangat lebat hingga ekstrem disertai angin kencang.

Menurut laman Research Center for Climate Change Universitas Negeri Padang, terbentuknya siklon tropis di wilayah Aceh cukup jarang terjadi. Secara teori, siklon tropis membutuhkan jarak minimal lima derajat lintang dari khatulistiwa untuk bisa tumbuh.

Siklon dipengaruhi kekuatan Coriolis atau gaya yang membuat udara berputar di wilayah ekuator. Kondisi ini membuat siklon menjadi sangat lemah bila terlalu dekat dengan garis ekuator. Siklon tropis Senyar sendiri terbentuk pada posisi 5.0° LU membuatnya berada tepat di ambang batas minimal sehingga rotasi masih mungkin terbentuk.

Selain itu, kondisi atmosfer dan laut pada akhir November ini memberikan kombinasi yang mendukung pertumbuhan bibit 95B menjadi siklon tropis Senyar. Selat Malaka yang dikenal memiliki suhu permukaan laut hangat menjadi sumber energi besar bagi pembentukan awan konvektif.

Pada saat yang sama, kelembapan udara yang tinggi dan struktur angin yang relatif stabil membuat pusaran udara dapat berkembang menjadi siklon. Nah, faktor-faktor inilah yang memungkinkan siklon tropis Senyar tumbuh meskipun berada sangat dekat dengan khatulistiwa.

Research Center tersebut juga berpendapat pola cuaca ini akibat pemanasan laut global. Intensitas dan lokasi siklon tropis akan berkaitan seiring meningkatnya suhu permukaan air laut.

"Fenomena seperti ini juga mengingatkan kita bahwa pola cuaca di kawasan tropis kini makin dinamis. Pemanasan laut global diduga berperan dalam memperluas area pertumbuhan siklon hingga mendekati lintang yang biasanya dianggap aman," ujarnya.

"Indonesia yang sebagian besar berada di dekat ekuator, kini tidak bisa lagi menganggap dirinya sepenuhnya bebas dari ancaman siklon tropis" tuturnya.

Wilayah Aceh, Sumatra Utara (Sumut), Kepulauan Riau, Riau, Sumatra Barat (Sumbar), dan sekitarnya diminta waspada akan bencana hidrometereologi dalam 2-3 hari ke depan.

Hujan dengan intensitas sangat lebat hingga ekstrem berpotensi mengguyur wilayah Aceh dan Sumut. Kemudian hujan sedang-lebat di sebagian wilayah Sumbar dan Riau.

Selain itu, angin kencang berpotensi terjadi di wilayah Aceh, Sumut, Sumbar, Kep. Riau, dan Riau. Masyarakat juga perlu waspada akan ancaman gelombang kategori sedang (1.25 - 2.5 m) di wilayah Selat Malaka bagian tengah, Perairan Sumatera Utara, dan Perairan Rokan Hilir. Gelombang kategori tinggi (2.5 - 4.0 m) di wilayah Selat Malaka bagian utara, Perairan Aceh, dan Samudra Hindia barat Aceh hingga Nias.

BMKG terus memantau dinamika atmosfer akibat siklon tropis Senyar melalui TCWC (Tropical Cyclone Warning Center) Jakarta.


(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Solusi HSBC Optimalkan Pengelolaan Aset & Keuangan Era Digital