MARKET DATA

Zona Megathrust RI Berubah, Wilayah Ini yang Paling Banyak dan Rawan

Novina Putri Bestari,  CNBC Indonesia
25 November 2025 19:40
Warga tidur di rumah yang rusak akibat guncangan gempa berkekuatan 5,6 magnitudo (M) di Kampung Cijedil, desa Cijedil, Kecamatan Cugenang, Cianjur, Selasa (22/11/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Warga tidur di rumah yang rusak akibat guncangan gempa berkekuatan 5,6 magnitudo (M) di Kampung Cijedil, desa Cijedil, Kecamatan Cugenang, Cianjur, Selasa (22/11/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Peta Sumber dan Bahaya Gempa 2024 mengungkapkan sejumlah sesar yang baru teridentifikasi. Ini sejalan dengan perkembangan sejak peta terakhir diluncurkan pada 2017 lalu.

"Peta terakhir kita tahun 2017, sekarang sudah 2024, itu banyak hal yang sudah terjadi, banyak hal perkembangan yang sudah kita alami," kata Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Sri Widiyantoro dalam pemaparannya di Sosialisasi dari Pera Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Terkini ke Ketahanan Indrastruktur, di Jakarta, Selasa (25/11/2025).

Dia mencontohkan saat Gempa Cianjur tahun 2022 diketahui sumber bencana belum dipetakan. Gempa itu itu ternyata memiliki dampak yang cukup merusak.

"Misalnya yang masih segar di ingatan kita, gempa Cianjur tahun 2022, itu magnitudenya tidak besar ya 5,4 kalau tidak salah, tapi cukup merusak. Dan sumbernya belum ada di peta kita sebelumnya, itu hanya salah satu contoh," ungkapnya.

Selain Cianjur, sejumlah gempa lain juga terjadi baru-baru ini. Misalnya Mamuju-Majene pada 14 Januari 2021, Teluk Semangko (30 Juni -14 Juli 2021), Laut Flores (14 Desember 2021), Pasaman (25 Februari 2022), dan Cianjur (21 November 2022).

Dalam peta tersebut tercatat terdapat 14 zona megathrust dan juga 401 sesar. Dia mengatakan ini artinya ada banyak sesar yang akhirnya diketahui.

"Jadi megathrust ada 14, thrust ada 401, yang tersebar paling banyak di Sumatra, Jawa nomor dua," dia melanjutkan.

Dia melanjutkan peta baru ini akan jadi dasar penting dalam proses revisi SNI. Mulai dari perencanaan bangunan, perancangan infrastruktur dan mitigasi risiko, khususnya untuk wilayah yang padat penduduk.

Dalam kesempatan yang sama anggota AIPI dan Guru Besar ITB, Iswandi Imran mengungkapkan perbedaan antara peta 2024 dengan sebelumnya. Disebutnya terdapat peningkatan peningkatan bahaya gempa di sejumlah wilayah Indonesia dengan temuan tersebut.

"antara yang sebelumnya 2017 dengan 2024 yang paling atas ya kalau kita lihat kontur lebih rapat ya yang pada 2024 yang mengindikasikan sebenarnya adanya peningkatan bahaya gempa di daerah-daerah tertentu di Indonesia.

Iswandi juga menambahkan peta ini belum bisa langsung digunakan. Sebab masih harus dikembangkan menjadi Peta Gempa Maksimum dan digabung dengan Peta Fragility.

"Untuk mendapatkan nantinya peta gempa maksimum yang dipertimbangkan dengan risiko tertarget atau sering kita kenal dengan sebutan MCER," dia melanjutkan.

(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Megathrust di RI Hanya Tunggu Waktu, Ini Zona Merah dari BMKG


Most Popular