Teknologi Kebanggaan Buatan RI Bikin Negara Lain Panas Dingin

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
Senin, 24/11/2025 09:20 WIB
Foto: Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto saat memberikan keterangan pers terkait Pemerintah Resmi Luncurkan Program Diskon Tiket Transportasi secara Nasional pada Libur Nataru (Natal 2025 dan Tahun Baru 2026) pada Kamis (20/11/2025). (Dok. Kemenko Perekonomian)

Jakarta, CNBC Indonesia - QRIS disebut membuat sistem pembayaran di sejumlah negara 'panas dingin'. Hal ini mengingat cakupan penggunaannya yang cukup luas.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebutkan QRIS telah digunakan 57 juta konsumen dengan 39 juta merchant.

Di sisi lain, layanan itu juga telah bisa digunakan di banyak negara. Mulai dari Thailand, Malaysia, Fillipina, Singapura, Vietnam, Laos, Brunei, Jepang, dan Korea.


"Itu sudah digunakan oleh 57 juta konsumer Indonesia. Dan ini sudah menunjukkan bahwa penggunaan QRIS ini bisa membuat payment system negara lain panas-dingin," kata Airlangga dikutip dari Detik.com, Senin (24/11/2025).

Pemerintah disebutnya tengah mendorong akselerasi digital RI. ASEAN Digital Economic Framework Agreement (DEFA) mencatat nilai ekonomi digital Indonesia diproyeksikan meningkat dari US$90 miliar menjadi US$360 miliar.

Airlangga menambahkan nilai tersebut diprediksi melonjak lagi. "Opportunity-nya bukan hanya US$ 360 miliar tetapi bisa meningkat menjadi US$ 600 miliar," ujarnya.

Digital economic framework dapat didukung salah satunya dengan transaksi pembayaran lintas negara yang juga diterapkan oleh QRIS. Selain itu, sistem pembayaran memiliki peranan langsung untuk mendukung transaksi pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Sektor digitalisasi juga didorong jadi tulang punggung digitalisasi masa depan tanah air. Termasuk untuk pengembangan AI, semikonduktor, hingga genome sequencing untuk kesehatan.

Terkait pengembangan sejumlah teknologi, Airlangga menyoroti jumlah startup di tanah air yang hanya 45 startup. Padahal perusahaan startup di negara tetangga sudah jauh lebih banyak dari Indonesia.

"Ini masih jauh lebih rendah dibandingkan beberapa negara lain seperti Malaysia sudah 60 lebih startup dan juga kita lihat di Singapura sudah 10 kali lebih tinggi yaitu 495 startup. Nah ini yang harus kita tumbuh dan kembangkan agar startup ini menjadi bagian daripada kebijakan pemerintah dalam akselerasi perekonomian," kata dia.


(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Gerak Cepat Komdigi Perkuat Ekosistem Digital RI