Peneliti Temukan Jadwal Kiamat Dipercepat di Batang Pohon

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
Jumat, 21/11/2025 06:38 WIB
Foto: Kawasan hutan Batang Toru. (YouTube/CNN Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemanasan global terjadi semakin parah. Para peneliti menemukan bukti 'kiamat' ini dari sebatang pohon.

Ulf Buntgen dari University of Cambrige dan timnya melakukan pengukuran suhu Bumi dengan menganalisa lingkar pohon, yakni garis seperti cincin. IFL Science menuliskan besaran lingkar menggambarkan kondisi lingkungan yang dialami pohon pada periode tertentu.

Dari hasil pengamatan tim peneliti, tahun 2023 jadi yang paling panas setidaknya dalam 2.000 tahun terakhir. Buntgen mengatakan tren itu akan terus berlanjut.


"Melihat sejarah dengan sangat panjang, Anda bisa lihat betapa luar biasanya pemanasan global di periode sekarang. 2023 adalah tahun yang sangat panas, tren ini akan terus berlanjut jika gas rumah kaca tidak dikurangi secara besar-besaran," kata Buntgen.

Tim peneliti juga mengungkapkan cuaca paling dingin pernah terjadi pada tahun 536. Saat itu, suhu musim panas lebih rendah 3,93 derajat Celcius dari tahun lalu.

Bahkan ditemukan juga kenaikan suhu temperatur pada awal revolusi industri jauh lebih rendah dari periode sekarang. Menurut data, musim panas tahun 2023 lebih panas 2,07 derajat Celcius dibandingkan pada 1850-1900.

Dengan hasil ini membuat target kenaikan suhu pada Perjanjian Paris 2015 dan pengukuran keparahan pemanasan global menjadi tidak tepat. Kesepakatan Paris itu menetapkan 2023 lebih panas 1,52 derajat Celcius dari 1850-1900.

"Betul iklim selalu berubah, tetapi pemanasan pada 2023, yang disebabkan oleh gas rumah kaca dan diperparah oleh El Nino, menyebabkan gelombang panas dan periode kekeringan yang lebih panjang. Ini menunjukkan sangat penting untuk segera mengurangi emisi gas rumah kaca," kata Jan Esper dari Johannes Gutenberg University Mainz.

Musim panas 2023 juga disebut dalam penelitian jadi yang terpanas sejak era Yesus Kristus. Bahkan jadwal perubahan iklim jadi jauh lebih pendek dari perkiraan sebelumnya.


(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Serangan Siber Ancam "Smart Manufacturing", RI Siap Hadapi?