2.000 Tewas Dihantam Tsunami 100 Meter di Ambon, BMKG Ingatkan Ini

Romys Binekasri,  CNBC Indonesia
15 November 2025 12:45
Ilustrasi Tsunami. (Dok. Freepik)
Foto: Ilustrasi Tsunami. (Dok. Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bencana bisa datang kapan saja. Seperti musibah tsunami dahsyat yang pernah menghantam Ambon lebih dari 350 tahun lalu. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi sebuah bencana dapat diketahui lebih dini agar masyarakat dapat bersiap dan mengantisipasi.

Bencana Tsunami tersebut terjadi pada 17 Februari 1674 setinggi 90-110 meter. Sebelumnya gempa besar berkekuatan M 7,9 telah terjadi dan menyebabkan kerusakan parah termasuk tanah terbelah dan bukit runtuh di Leitimor serta membuat warga panik.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun kembali mengingatkan soal persiapan menghadapi bencana dan bahaya alam.

"Kekuatan gempa juga telah mengakibatkan tsunami yang dahsyat utamanya di pesisir Utara Pulau Ambon," kata Deputi Bidang Geofisika, Nelly Florida Riama dalam Webinar 'Peringatan Tsunami Ambon 1674: Sepenggal Kisah Berharga Zaman Kolonial, Bekal Menuju Ambon Tsunami Ready', beberapa saat lalu.

Ilmuwan Belanda, Georg Eberhard Rumphius (1962-1702) mencatat peristiwa itu berdampak sangat mengerikan. Setidaknya lebih dari 2.000 orang meninggal dan banyak rumah rusak berat.

Tsunami juga membuat kerusakan parah di Pesisir Utara Semenanjung Hitu. Air naik dari daerah Seit mencapai 90-110 meter.

Mengingat kondisi tersebut, Direktur Gempabumi dan Tsiunami BMKG Daryono mengatakan Maluku tidak pernah sepi dari fenomena gempa. Banyak sumber gempa yang tercatat berada di wilayah tersebut.

Daryono juga mengingatkan soal mitigasi bencana untuk masyarakat bisa peduli dan siap merespon tanda bahaya alam. Termasuk juga melakukan program-program di Ambon dan sekitarnya.

"Pembangunan kapasitas untuk kesiapsiagaan masyarakat dalam mempertahankan diri harus menjadi program yang berkelanjutan di Ambon dan sekitarnya," jelasnya.

Sementara itu Ketua Tim Mitigasi Tsunami Samudera Hindia dan Pasifik BMKG Suci Dewi Anugrah menjelaskan BMKG akan terus melakukan pengembangan Sistem PeringatanDini Tsunami. Lembaga itu juga melakukan pendampingan masyarakat sebagai cara meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan menghadapi potensi tsunami di masa mendatang agar terwujud Masyarakat Siaga Tsunami atau Tsunami Ready Community.

Ancaman gempa dan tsunami memang tidak bisa dihilangkan begitu saja di Ambon. Kerja sama semua pihak penting dilakukan untuk meningkatkan kapasitas menghadapi ancaman bencana.

"Baik kapasitas secara personal maupun komunal melalui pengenalan risiko, pemetaan daerah rawan bencana, edukasi, penyusunan dokumen kedaruratan, sampai dengan latihan kesiapsiagaan," kata Pj . Wali Kota Ambon Dominggus Nicodemus Kaya.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Megathrust di RI Hanya Tunggu Waktu, Ini Zona Merah dari BMKG

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular