AI Bisa Bikin Kesenjangan Ekonomi Makin Parah, Telkom Ungkap Solusinya

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
Rabu, 12/11/2025 17:25 WIB
Foto: Deputy EGM Digital Product Telkom, Fauzan Feisal menyampaikan paparan dalam CNBC Indonesia Coffee Morning Tech & Telco Edition di Queens Head, Jakarta, Selasa (11/11/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kemunculan teknologi AI diklaim bisa meningkatkan produktivitas dan kreativitas penggunanya. Namun tanpa akses yang merata, AI bisa menyebabkan kesenjangan ekonomi makin lebar.

Hal itu diungkapkan Deputy EGM Digital Product Telkom, Fauzan Feisal, yang menyebut bahwa penerapan teknologi di sektor enterprise menunjukkan jurang yang melebar antara wilayah barat dan timur Tanah Air.

Menurut Fauzan, perkembangan solusi digital di Jawa, khususnya Jakarta, sudah sangat kompleks. Banyak korporasi kini menuntut sistem analisis big data yang kompleks. Namun, kondisi berbeda terlihat di wilayah timur Indonesia yang masih berada pada tahap dasar pemanfaatan teknologi.


"Dari sisi enterprise perusahaan itu kita lihat kompleksitas solusi dari di daerah barat dengan di daerah timur, luar biasa jauh berbeda. Solusi big data untuk di Jawa gitu ya, di Jakarta, itu sangat kompleks. Mereka pengen sistem yang sangat kompleks, hasil yang kompleks. " ujar Fauzan dalam acara Coffee Morning Tech & Telco Edition di Kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Selasa (11/11/2025).

Kondisi tersebut menunjukkan kesenjangan digital yang makin melebar, terutama di tengah penetrasi teknologi AI yang berlangsung cepat.

"Begitu ke timur, cuma mengupload powerpoint jadi grafik aja sudah sesuatu yang sangat canggih. Jadi gapnya memang makin membesar, makin membesar," imbuhnya.

Butuh "Pasukan Ketiga"

Fauzan menekankan, untuk mendorong pemerataan pemanfaatan teknologi AI ke penjuru Indonesia, diperlukan aktor baru yang ia sebut sebagai "pasukan ketiga".

Pasukan ini adalah pelaku usaha lokal baik startup maupun perusahaan di daerah, yang bisa mencari penerapan AI yang pas untuk permasalahan di daerah.

"Kalau saya nyebutnya pasukan ketiga. Teman-teman startup pengusaha lokal yang bisa membawa demokratisasi teknologi ke seluruh Indonesia," kata Fauzan. "Dan kalau kami sebagai telco, kita yang mampu mendorong, membantu mereka untuk melakukan hal itu."

Pasukan ketiga ini dianggap sebagai jembatan yang bisa menghubungkan solusi teknologi tingkat tinggi dengan kebutuhan praktis di berbagai daerah, sehingga adopsi digital tidak hanya terjadi di kota besar.

Fauzan mencontohkan satu startup lokal yang baru ditemuinya. Startup ini mampu melakukan analisis genom untuk industri tambak udang memanfaatkan AI. Hanya dengan mengambil sampel air tambak, sistem mereka dapat mengetahui kondisi kesehatan udang hingga efektivitas pakan dan probiotik.

Namun potensinya jauh lebih besar. Teknologi genom itu tidak hanya untuk udang, tetapi juga bisa diterapkan untuk manusia, termasuk deteksi potensi stunting sejak masa kehamilan.

Meski inovasi besar, startup tersebut menghadapi masalah klasik, yakni sulit untuk berkembang atau scale-up.

"Kapan sampai seluruh Indonesia? Kapan masuk ke semua rumah sakit?" kata dia.

Di sinilah peran korporasi besar seperti Telkom diperlukan untuk mendistribusikan teknologi itu secara nasional.

Dengan AI yang makin cepat berkembang, kesenjangan digital bisa semakin melebar. Namun Fauzan menilai, peluang untuk menutup kesenjangan itu juga semakin besar, asalkan ada kolaborasi yang sehat antara perusahaan besar dan startup inovatif.

"Terutama kita yang besar-besar ini, akan bisa membantu pasukan ketiga, yang bisa kecil-kecil menyusup dengan cost yang jauh lebih mulai daripada kita untuk masuk ke seluruh Indonesia. Jadi, dengan AI widening the gap akan terus terjadi dan makin besar, tapi potensi closing the gap juga makin besar." pungkasnya.


(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Urun Rembuk Industri Atasi Masalah Pengembangan Teknologi AI