Penemuan China Ubah Sejarah Panjang Manusia di Bumi

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
24 October 2025 07:50
Tengkorak Yunxian 2 di Museum Provinsi Hubei. (Dok. Museum Provinsi Hubei)
Foto: Tengkorak Yunxian 2 di Museum Provinsi Hubei. (Dok. Museum Provinsi Hubei)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejarah awal manusia kemungkinan bisa berubah berkat temuan di China. Tim peneliti melakukan rekonstruksi digital pada tengkorak berusia satu juta tahun dan menemukan hal mengejutkan.

Rekonstruksi itu dilakukan pada tengkorak dengan label Yunxian 2 yang ditemukan tahun 1990. Hasilnya menunjukkan kemungkinan revolusi manusia jauh lebih awal, mencapai 400 ribu tahun lebih awal di Asia.

Jika hasil penelitian ini benar, maka berbeda dari teori sebelumnya terkait penyebaran manusia purba yang hanya terjadi di Afrika. Termasuk kemungkinan adanya nenek moyang awal selain Neanderthal dan Homo sapiens.

Profesor Universitas Fudan dan pemimpin penelitian Xijun Ni mengaku terkejut dengan hasil penelitian. Dia mempertanyakan bagaimana hasil temuan menunjukkan waktu yang lebih lama dari seharusnya.

"Sejak awal kami sulit percaya, bagaimana mungkin ini terjadi jauh di masa lalu? Tapi kami menguji ulang semua model dan metode, dan kini kami yakin dengan hasilnya. Kami sangat bersemangat," ujarnya dikutip CBS News.

Para peneliti menggunakan teknologi seperti CT scan, pencitraan cahaya terstruktur, dan rekonstruksi virtual untuk melakukan penelitian tersebut.

Verifikasi dilakukan dengan membandingkan Yuanxian 2 dengan lebih dari 100 spesimen lain. Ternyata hasilnya berbeda dengan Homo erectus, yang mereka yakini sebelumnya.

Tengkorak itu memiliki wajah bagian bawah yang menonjol seperti Homo erectus. Sementara kapasitas otaknya lebih besar seperti Homo longi dan Homo sapiens.

"Temuan ini mengubah banyak pemikiran," kata Chris Stringer, antropolog dari Natural History Museum, London, yang turut terlibat dalam riset ini.

"Hal ini menunjukkan bahwa sekitar satu juta tahun lalu, leluhur kita sudah terbagi ke dalam kelompok yang berbeda-beda, menandakan perpecahan evolusi manusia terjadi jauh lebih awal dan lebih kompleks daripada yang selama ini diyakini," tambahnya.

Sejumlah pakar masih meragukan hasil penelitian. Misalnya arkeolog Andy Herries dari La Trobe University mengatakan bentuk fosil tidak selalu menggambarkan riwayat genetik evolusi manusia.

Sementara ahli genetika evolusi Universitas Cambridge Aylwyn Scally mengatakan studi ini perlu bukti tambahan. Khususnya bagi data genetik untuk menentukan hasilnya.


(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Makhluk Purba Ditemukan di Madura, Usianya Sudah 140 Ribu Tahun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular