AI Masuk Rumah Sakit, Pekerja Medis Siap-Siap

mkh, CNBC Indonesia
Sabtu, 18/10/2025 19:51 WIB
Foto: Ilustrasi dokter. (Dok: Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia — Implementasi teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) semakin dalam melakukan penetrasi ke industri kesehatan. Setelah mampu menganalisis gambar medis, mempercepat penemuan obat, hingga mendukung proses skrining kanker, kini AI mencoba memangkas pekerjaan administrasi di rumah sakit. 

Perusahaan teknologi kesehatan besar seperti Epic Systems telah berinvestasi dalam berbagai fitur AI. Teknologi tersebut mencakup layanan untuk membantu pasien membuat janji temu, memahami hasil laboratorium, hingga dokumentasi klinis berbasis AI yang bisa membantu dokter menulis catatan secara otomatis dan menyiapkan data penting yang mungkin dibutuhkan, seperti tren tekanan darah pasien.

Fenomena ini juga melahirkan gelombang baru startup yang berfokus menciptakan solusi serupa. Berdasarkan laporan Silicon Valley Bank, lebih dari 60% pendanaan modal ventura yang mengalir ke perusahaan AI di bidang kesehatan antara tahun 2019 hingga 2024 diarahkan pada penggunaan administratif dan klinis.


Salah satu perusahaan tersebut adalah Abridge. Sistemnya mampu mentranskripsi percakapan antara dokter dan pasien secara otomatis, lalu menggunakan AI untuk menambahkan konteks dan data dari kunjungan atau tes pasien sebelumnya.

Dengan begitu, waktu yang biasanya dihabiskan untuk mencatat dapat dialihkan untuk fokus pada pasien di depan mereka.

"Dokter kini menghabiskan dua jam untuk pekerjaan digital administratif demi setiap satu jam perawatan langsung pasien," kata Lipton. "Kenyataannya, dunia digital yang diciptakan industri justru menjauhkan dokter dari pasiennya," kata Zachary Lipton, Co-Founder dan Chief Technology Officer Abridge, dalam CNBC AI Summit di Nashville, dikutip dari CNBC.com, Sabtu (18/10/2025).

CEO Adtalem Global Education, Steve Beard, menambahkan dalam forum yang sama bahwa berdasarkan survei, penyebab utama kelelahan (burnout) dan ketidakpuasan karier tenaga medis adalah beban administratif yang berat.

Namun, banjir alat-alat kesehatan berbasis AI juga menuntut kesiapan dari para tenaga medis untuk menggunakannya. Menurut laporan dari platform teknologi kesehatan Inlightened, hanya 28% dokter yang merasa siap memanfaatkan potensi AI, meskipun 57% di antaranya sudah menggunakan AI untuk fungsi seperti pencatatan, dokumentasi, penagihan, atau diagnosis.

Seperti di banyak sektor lain, penerapan AI juga memunculkan kekhawatiran akan hilangnya lapangan kerja, terlebih setelah banyak CEO menyebut teknologi ini meningkatkan produktivitas tanpa perlu menambah tenaga kerja.

Beard mengakui bahwa setiap inovasi besar pasti menimbulkan pergeseran tenaga kerja.Namun, dalam konteks kesehatan, menurutnya, unsur manusia yang membangun kepercayaan antara dokter dan pasien tidak bisa digantikan oleh mesin.


(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Canggihnya AI Bantu RS, Asuransi & Pasien Permudah Klaim Medis