Komen Tak Terduga Bos Besar Google Saat Ditendang ChatGPT

Redaksi, CNBC Indonesia
17 October 2025 21:00
Google CEO Sundar Pichai (Reuters/Beck Diefenbach)
Foto: Google CEO Sundar Pichai (Reuters/Beck Diefenbach)

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri teknologi berubah total sejak kemunculan ChatGPT, layanan chatbot AI besutan OpenAI yang meluncur pada November 2022. Sejak saat itu, para raksasa teknologi berlomba-lomba meluncurkan layanan AI dengan inovasi lebih jauh dari sekadar chatbot berbasis teks.

Google yang dulunya merupakan 'raja' mesin pencari, kini harus berhadapan dengan banyak pesaing baru yang mematrikan AI dalam layanannya. Google juga tak tinggal diam dengan merilis aplikasi AI Gemini yang sudah tersedia di seluruh ekosistem produknya.

Sebelum kemunculan ChatGPT, Google sejatinya sudah mengembangkan produk AI selama bertahun-tahun. Namun, ChatGPT membuat raksasa teknologi harus bertarung lebih cepat dan intens.

Baru-baru ini, CEO Alphabet yang merupakan induk Google, Sundar Pichai, mengungkap reaksinya di era-era awal perilisan ChatGPT. Ia menceritakan pengalamannya dalam gelaran teknologi tahunan 'Dreamforce' dari Salesforce.

CEO Salesforce Marc Benioff menanyakan Pichai tentang posisi Google yang saat itu menjadi 'pemimpin absolut AI' ketika harus berhadapan dengan peluncuran ChatGPT dari perusahaan kecil (kala itu) asal San Francisco.

Pichai mengatakan Google sebenarnya saat itu sudah membuat perkembangan signifikan untuk produk-produk AI, termasuk membuat versi chatbot internal.

"Tapi Anda benar, kredit untuk OpenAI yang meluncurkannya pertama kali," kata Pichai, dikutip dari Business Insider, Jumat (17/10/2025).

Ketika OpenAI meluncurkan ChatGPT, perusahaan itu dibekingi oleh Microsoft yang merupakan pesaing Google. Kemuncurlan ChatGPT dinilai sebagai tantangan besar bagi dominasi Google di sektor AI.

The New York Times kala itu melaporkan bahwa manajemen Google mengeluarkan 'kode merah', dan Pichai menginstruksikan beberapa tim untuk fokus ke upaya pengembangan AI.

Dalam perbincangan dengan Benioff, Pichai membandingkan momen tersebut dengan momen-momen lain yang telah ia saksikan di sektor internet konsumen. Misalnya ketika Google mengembangkan pencarian video, kemudian YouTube muncul. Google kemudian mencaplok YouTube pada 2026.

Contoh lainnya ketika Facebook melihat popularitas konten foto di feed, kemudian Instagram muncul. Akhirnya, Facebook mengakuisisi Instagram.

"Kami tahu di dunia yang berbeda, kami mungkin akan meluncurkan chatbot kami beberapa bulan di depan," kata Pichai.

"Kami saat itu belum mencapai tingkat di mana kami bisa merilisnya. Masih banyak masalah yang kami hadapi kala itu," ia menambahkan.

Pichai menekankan bahwa Google sudah menggelontorkan investasi besar-besaran di sektor AI sebelum ChatGPT rilis. Misalnya dari tim riset untuk memproduksi chip sendiri dalam infrastruktur penopangnya.

Ia mengklaim Google kala itu sudah berada di posisi yang baik dalam pengembangan AI, ketika ChatGPT meluncur. Ia juga memberikan komen tak terduga terkait perasaannya saat diselip oleh OpenAI. Bukannya geram, Pichai mengaku antusias.

"Buat saya, ketika ChatGPT meluncur, sebenarnya kontras dari apa yang orang-orang luar rasakan. Saya justru antusias karena saya tahu jendelanya sudah bergeser," ia menuturkan.

Beberapa saat setelah ChatGPT rilis, Pichai mengatakan Google tak segera merilis chatbot saingannya karena sang raksasa mesin pencari memiliki risiko reputasi yang lebih besar ketimbang OpenAI.

Pada Maret 2024, Google akhirnya merilis chatbot AI miliknya. Tadinya dinamai 'Bard', lalu belakangan berubah menjadi Gemini. Saat ini, Gemini juga menyediakan fitur penciptaan visual Nano Banana yang populer. Gemini juga sudah tersedia di semua lini produk Google.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 2 Raja Teknologi Masa Depan Bersatu, Masa Depan Google Berubah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular