
Bulan Mulai Terbelah, Retak Ditemukan di Mana-Mana

Jakarta, CNBC Indonesia - Penelitian mengungkap permukaan Bulan mulai menunjukkan tanda-tanda retakan besar akibat aktivitas seismik atau gempa bulan (moonquakes).
Temuan ini memunculkan kekhawatiran baru terhadap rencana eksplorasi jangka panjang, termasuk misi Artemis milik NASA yang akan membangun pangkalan manusia permanen di Bulan.
Studi bertajuk "Paleoseismic activity in the Moon's Taurus-Littrow valley inferred from boulder falls and landslides" menemukan bahwa perubahan lanskap Bulan tak hanya disebabkan oleh tumbukan meteorit, tetapi juga oleh aktivitas seismik di bawah permukaannya.
Para ilmuwan menemukan jejak longsoran dan jatuhnya batuan besar yang dipicu oleh gempa di wilayah Taurus-Littrow, lokasi pendaratan misi Apollo 17.
Peneliti utama Nicholas Schmerr, menjelaskan bahwa aktivitas ini menunjukkan Bulan masih hidup secara geologis dan terus berkontraksi.
"Kami tidak memiliki instrumen pengukur guncangan kuat seperti di Bumi untuk mendeteksi aktivitas seismik di Bulan, jadi kami mencari cara lain untuk memperkirakan seberapa besar guncangan yang terjadi, misalnya dari jatuhnya bongkahan batu dan longsoran yang dipicu oleh peristiwa seismik tersebut," ujar Schmerr, dikutip dari Daily Galaxy, Rabu (8/10/2025).
Lebih mengkhawatirkan lagi, para ilmuwan menemukan adanya patahan aktif di permukaan Bulan, termasuk Lee-Lincoln fault, yang dinilai masih bisa memicu gempa di masa kini. Patahan tersebut membentang di dekat beberapa lokasi potensial untuk pendaratan dan pembangunan pangkalan permanen.
Thomas R. Watters, ilmuwan senior emeritus di Smithsonian Institution, memperingatkan bahwa aktivitas patahan aktif perlu diperhitungkan dengan serius.
"Sebaran global patahan muda seperti Lee-Lincoln dan potensi terbentuknya patahan baru harus dipertimbangkan saat menentukan lokasi pangkalan di Bulan," katanya.
Meski kemungkinan gempa besar di Bulan tergolong kecil, risikonya tidak bisa diabaikan. Studi tersebut memperkirakan peluang terjadinya gempa bulan yang merusak di dekat patahan aktif sekitar 1 banding 20 juta per hari. Namun, dalam jangka panjang, seperti misi Artemis yang berlangsung bertahun-tahun, risiko tersebut bisa meningkat hingga 1 banding 5.500 dalam satu dekade.
"Risiko bencana memang kecil, tapi bukan nol," ujar Schmerr. "Ketika kita berbicara tentang infrastruktur jangka panjang di Bulan, risiko sekecil apa pun tetap harus diperhitungkan."
Temuan ini menjadi peringatan bagi lembaga antariksa dunia agar tidak membangun pangkalan lunar di dekat zona patahan aktif. Para peneliti merekomendasikan agar lokasi habitat dan fasilitas utama dijauhkan dari area retakan atau tebing patahan untuk meminimalkan risiko kerusakan struktural.
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Salah Hitung Posisi Bulan, Kapal Raksasa Tenggelam Ribuan Tewas
