BRIN Beberkan Kondisi Kritis di IKN, Ungkap Fakta Sumber Kehidupan

Redaksi, CNBC Indonesia
Kamis, 02/10/2025 20:30 WIB
Foto: Ibu Kota Nusantara (IKN). (Dok. Otorita IKN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional menunjukkan "tipisnya" persediaan air di wilayah Ibu Kota Nusantara di Kalimantan. BRIN melakukan penelitian ketersediaan "sumber kehidupan" itu memanfaatkan data satelit sepanjang 2022.

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN melakukan kajian persentase air di wilayah IKN menggunakan teknologi Artificial Neural Network (ANN) atau Jaringan Saraf Tiruan (JST).

Data yang dianalisis menyatakan hanya 0,51 persen wilayah di IKN dan sekitarnya yang punya ketersediaan air tinggi. Sisanya, sebanyak 20,41 persen wilayah memiliki ketersediaan air vegetasi dan 79,08 persen non air.


Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Laras Toersilawati menjelaskan bahwa studi ini menggunakan citra Sentinel-2A yang dianalisis langsung dari Google Earth Engine (GEE) untuk menghitung tiga indeks spektral, yaitu Indeks Air Permukaan Tanah (LSWI), Indeks Perbedaan Vegetasi Ternormalisasi (NDVI), dan Indeks Perbedaan Air Ternormalisasi (NDWI). Tiga indeks ini digunakan sebagai acuan prediksi dalam model Artificial Neural Network (ANN) atau Jaringan Saraf Tiruan (JST).

"JST atau ANN ini merupakan sistem pemrosesan informasi dengan karakteristik yang mirip dengan jaringan saraf biologis, yaitu jaringan saraf pada otak manusia. JST awalnya dirancang sebagai alat pengenalan pola dan analisis data, yang memiliki keunggulan dibandingkan metode statistik konvensional yang mengharuskan data berdistribusi normal," terang Laras.

Penginderaan jauh dengan satelit digunakan untuk mendeteksi perubahan kadar air dalam tanah atau vegetasi, dengan menggunakan indeks inframerah dekat (NIR) 0,7-1,3 μm dan SWIR. Tiga metode citra satelit multi-band digunakan dalam penelitian untuk memperkirakan badan air permukaan, yaitu NDVI, NDWI, dan LSWI.

Laras menyebutkan dampak jika ketersediaan air di IKN tidak tercukupi, seperti pada perubahan iklim dan lingkungan sehingga dapat menyebabkan berkurangnya hujan (jumlah hari hujan dan curah hujan), serta adanya penurunan kualitas air (asam dan tercemar zat besi). Selain itu, bisa juga menimbulkan dampak sosial dan lingkungan pada peningkatan kebutuhan air, karena pendatang yang tertarik ke IKN bisa meningkatkan kebutuhan air bersih.

Untuk mengatasi kemungkinan kelangkaan air di IKN, menurutnya, pemerintah dapat membangun bendungan dan sistem perpipaan baru, dan embung. Cara lainnya adalah membangun hutan kota, dan melakukan konservasi lahan dengan reboisasi atau penanaman pohon pengganti karena alih lahan dari hutan industri eucalyptus menjadi lahan terbangun.

"Penerapan Kota Spons [Sponge City] dengan cara mengelola air hujan secara alami, menyerap dalam tanah, dan memanfaatkan kembali. Serta tak kalah penting melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya menghemat dan tidak mencemari air, ini bisa menjadi solusinya," kata Laras.


(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Teknologi Bantu Bank Cs Lawan Pencucian Uang - PendanaanTeroris