Ilmuwan Ramal Bencana 2030 Dekat RI: Waduk Kering, Air Susah

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
Rabu, 01/10/2025 08:25 WIB
Foto: Orang-orang berjalan di dasar sungai kering Sungai Indus di Hyderabad, Pakistan, 24 April 2025. (REUTERS/Yasir Rajput)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sistem air global mengalami perubahan karena adanya perubahan iklim yang terjadi karena ulah manusia. Bahkan ilmuwan memperkirakan manusia akan mengalami fase kekurangan air secara ekstrem pada 2100.

Ilmuwan bernama Christian Franzke dari Pusat Fisika Iklim IBS di Busan Korea Selatan bersama timnya mencoba memperkirakan waktu terjadinya kelangkaan air terjadi atau kekeringan di dunia. Ini terjadi misalnya saat penurunan curah hujan yang berkepanjangan, debit sungai berkurang dan peningkatan permintaan air.

"Pada dasarnya hari h [zero day] adalah saat wilayah atau kota kehabisan air," kata Franzke dikutip dari Gizmodo, Selasa (30/9/2025).


Dari hasil temuan tim peneliti menunjukkan 74% wilayah rawan kekeringan dunia, termasuk daerah dengan waduk besar. Wilayah itu akan mengalami risiko tinggi kekeringan parah dan berkelanjutan pada skenario emisi tinggi.

Sementara 35% wilayah akan mengalami kelangkaan air jauh lebih cepat, yakni pada 2030 mendatang. Ini berarti 753 juta orang memiliki kerentanan pada kelangkaan air ekstrem, 467 juta orang berasal dari wilayah kota.

Selain itu rentang waktu kemungkinan terjadinya bisa lebih pendek. Jadi bisa membatasi waktu pemulihan dan memperburuk risiko kelangkaan itu sendiri.

Daerah yang terdampak parah fenomena ini mulai dari Amerika Serikat (AS) bagian barat, Mediterania, Afrika Utara, Afrika Selatan, India, China Utara dan Australia.

Franzke menyebutkan temuannya hanya proyeksi bukan sebuah prediksi. Model yang mereka buat bisa memberikan sedikit informasi soal perubahan iklim di masa depan dan dampaknya.

"Namun kami terkejut betapa cepat ini mungkin terjadi," jelasnnya.


(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Jurus Persiapkan Talenta Digital RI Adopsi Teknologi AI