
Gempa Megathrust Sudah Terjadi di RI, Begini Penjelasan BMKG

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada Agustus tahun lalu, gempa berkekuatan M 5,6 mengguncang Gunungkidul. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengaitkannya dengan fenomena Megathrust.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya deformasi batuan di bidang kontak antarlempeng (megathrust). Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust)," jelas Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangan resmi, kala itu.
Deformasi sendiri diartikan sebagai terjadinya perubahan dalam istilah geologi. Mengutip situs opengeology, saat batuan diberi tekanan, tegangan akan elastis, daktail atau getas.
Daryono juga mengonfirmasi gempa tersebut termasuk gempa Megathrust, namun masuk kategori dengan dampak kecil. Sebab, Lempeng Bumi di zona Megathrust Samudera Hindia Selatan Pulau Jawa bergerak mengakibatkan gempa.
Dari analisa BMKG,episenter gempa terletak pada koordinat 8,85° LS ; 110,17° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 107 km arah Barat DayaGunungkidul pada kedalaman 42 km. Gempa ini tidak berpotensi tsunami. Bukan hanya Yogyakarta, gempa juga dirasakan hingga Madiun dan Cilacap.
RI Dikepung Zona Megathrust
Sebagai informasi, wilayah Indonesia yang terletak di kawasan Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap bencana gempa dan tsunami.
BMKG mengatakan beberapa saat lalu bahwa Indonesia mempunyai dua segmen Megathrust yang waktu pergerakannya hanya tinggal menunggu waktu, yakni Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut.
Kedua zona tersebut sudah lama tidak mengalami gempa selama berabad-abad dan punya frekuensi berbeda dibanding gempa lain yang biasanya punya siklus sendiri, misalnya, ratusan tahun. Salah satu bukti pergerakan itu adalah gempa M5,2 yang mengguncang Nias Barat pada Mei 2025.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengungkapkan gempa tersebut terkait dengan Megathrust Mentawai-Siberut. Lebih tepatnya, dia menyebut gempa disebabkan aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia dan punya mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
"Murni gempa berpusat di zona Megathrust Mentawai Siberut," kata Daryono beberapa waktu yang lalu.
Ancaman Gempa Megathrust di RI
Selain wilayah yang sudah disebutkan, secara terpisah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga mewanti-wanti terhadap wilayah selatan Jawa Barat hingga Selat Sunda. Sebab daerah itu juga merupakan zona Megathrust dan jika bergerak maka akan menimbulkan gempa besar hingga M8,7.
Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Nuraini Rahma Hanifa menjelaskan, pelepasan energi ini tidak hanya memicu guncangan kuat, melainkan juga menggerakkan kolom air laut dan membentuk tsunami besar.
Mengacu pada hitungannya, jika Megathrust di wilayah Pangandaran pecah, maka gelombang tsunami setinggi 20 meter bisa terjadi dan menjalar ke berbagai wilayah, termasuk Banten, Lampung, bahkan sampai ke Jakarta.
"Semua pesisir Banten akan terdampak, hanya saja tinggi tsunaminya berbeda-beda," kata Rahma.
Di kawasan pesisir Banten, tsunami diprediksi bisa mencapai ketinggian antara 4 meter hingga 8 meter. Sementara di pesisir Lampung, kata dia, seluruh wilayah yang menghadap Selat Sunda disebut akan terkena dampaknya.
Untuk kawasan Jakarta, bencana tsunami diperkirakan mencapai pesisir utara dengan ketinggian sekitar 1 hingga 1,8 meter. Namun, waktu kedatangannya lebih lambat dibanding daerah lain. Tsunami diperkirakan baru tiba di Jakarta setelah 2,5 jam sejak gempa terjadi.
Masyarakat Tetap Tenang dan Wajib Waspada
Belum ada yang dapat memastikan kapan bencana alam tersebut terjadi. BMKG hanya meminta masyarakat bersiap menghadapi efek dari Megathrust.
"Sebetulnya isu Megathrust itu bukan isu yang baru. Itu isu yg sudah sangat lama. Tapi kenapa BMKG dan beberapa pakar mengingatkan? Tujuannya adalah untuk 'ayo, tidak hanya ngomong aja, segera mitigasi (tindakan mengurangi dampak bencana)," ujar Kepala BMKG Dwikorita, beberapa saat lalu.
BMKG sendiri sudah melakukan langkah mitigasi dengan menempatkan sensor peringatan, edukasi ke masyarakat, mengecek secara berkala sistem peringatan dini yang sudah dihibahkan ke pemerintah daerah, hingga melakukan simulasi terhadap warga yang berada di zona buta atau blind zone.
Secara terminologi, blind zone adalah wilayah di sekitar titik gempa bumi yang tidak sempat menerima peringatan dini. Ini disebabkan karena gelombang gempa sudah lebih dulu sampai alias bergerak sangat cepat sebelum sistem mengirimkan peringatan.
"Kalau terlalu dekat dengan pusat gempa, waktu itu tidak cukup untuk menghindari guncangan," ujar BMKG.
Atas dasar ini, BMKG meminta masyarakat jangan menunggu peringatan. Jika terasa guncangan kuat, maka lakukan DROP-COVER-HOLD ON untuk melindungi diri.
Sesuai namanya, DROP berarti merunduk supaya tidak jatuh akibat goyangan kuat. Lalu, COVER berarti melindungi kepala dan leher sembari mencari perlindungan di bawah meja atau benda kokoh agar terhindari dari benda jatuh. Sementara HOLD ON berarti memegang erat penyangga atau meja tempat berlindung agar tetap aman.
"Dengan menerapkan langkah ini, kita bisa melindungi diri dari bahaya paling umum saat gempa, yaitu tertimpa, terjatuh, atau terbentur benda. Keselamatan bisa kita upayakan. Jadi, biasakan diri untuk selalu ingat Drop, Cover, and Hold setiap kali terjadi gempa," tulis BMKG.
Meski blind zone tak dapat dihindari, BMKG sudah berupaya semaksimal mungkin membangun sistem peringatan dini gempa bumi, lewat INA-EEWS. Sistem ini mengintegrasikan 222 sensor sehingga bisa memberikan informasi potensi gempa 20 detik sebelum guncangan tiba.
Dengan demikian, masyarakat bisa menerapkan langkah pertama penyelamatan diri. BMKG sendiri sudah menguji coba sistem ini di 4 provinsi pada 14 Agustus 2025 lalu dan diharapkan bisa memberikan respon baik dan akurat mengenai tingkat guncangan.
Demikian penjelasan terkait gempa Megathrust yang sudah terjadi di Indonesia dan peringatan terhadap gempa Megathrust dahsyat yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Semoga informasi ini bermanfaat!
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gempa Megathrust Tinggal Tunggu Waktu Hantam RI, Ini Zona Merahnya
