Tetangga RI Sudah Kewalahan, Banjir Duit Bisa Pindah ke Indonesia

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
Jumat, 12/09/2025 21:00 WIB
Foto: Gedung EDGE DC di Jakarta, Rabu (7/8/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Malaysia menemukan banyak tantangan baru untuk menjadi raja pusat data baru di dunia, termasuk mendapatkan tekanan dari Amerika Serikat (AS) untuk melakukan perlawanan ke China.

Negeri jiran itu mendapatkan tekanan untuk melarang perusahaan China menggunakan wilayahnya sebagai pintu belakang mengakses chip AI dari AS. China, yang merupakan mitra dagang terbesar Malaysia, diketahui dilarang menggunakannya karena aturan pengendalian ekspor dari Washington.

Mengutip Reuters, Malaysia telah mengumumkan mewajibkan izin untuk aktivitas terkait chip AS, termasuk buatan Nvidia, sejak Juli lalu. Izin tersebut mulai dari semua ekspor, pengiriman ulang dan transit chip berkinerja tinggi.


Para ahli mengatakan pengawasan pada proyek tersebut nampaknya akan terus meningkat. Karena menurut mereka, Malaysia tengah mencoba menyelesaikan kesepakatan dagang dengan AS.

Sebelumnya, Departemen Perdagangan AS mengkhawatirkan soal pusat data yang berada di luar China. Tempat itu ditakutkan bisa membeli chip AI dan melatih modelnya di China serta mendukung penggunaan pada militer.

Selain itu, Malaysia juga harus menghadapi masalah karena keterbatasan kapasitas jaringan listrik dan sumber daya air.

Malaysia mulai jadi pilihan investasi dari sejumlah raksasa teknologi AS seperti Microsoft, Amazon dan Alphabet yang merupakan induk perusahaan Google. Raksasa asal China juga berlomba masuk ke negara tersebut seperti Tencent, Huawei dan Alibaba.

Tetangga Indonesia menawarkan biaya tanah dan listrik yang murah. Selain itu potensi permintaan pada AI dari lokal.

Para perusahaan merasa lebih baik membangun di Johor, Malaysia dibandingkan di Singapura yang serba mahal.

Reuters mencatat hingga Desember 2024, terdapat 12 pusat data operasional di Johor. Total kapasitasnya mencapai 369,9 MW.

Laporan Knight Frank mengatakan bakal ada tambahan 28 pusat data lagi dengan total kapasitas diperkirakan sebesar 898,7 MW.

Terkait investasi, Johor telah mengamankan 42 proyek dengan nilai 164,45 miliar ringgit (Rp 640 triliun) hingga kuartal kedua 2025. Jumlah itu menyumbang 78,6% kapasitas operasional IT di Malaysia.


(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kecanggihan Data Center SM+ Dukung Transformasi Digital RI