AI Bawa Petaka atau Berkah di RI, Ini Penjelasan Pakar
Jakarta, CNBC Indonesia - Artificial Intelligence (AI), teknologi kuantum, keamanan siber, dan data privasi dipandang sebagai empat elemen utama yang tak bisa dipisahkan dalam membangun ketahanan digital Indonesia.
Keempatnya harus terintegrasi agar bangsa ini punya kedaulatan dan ketahanan digital yang baik.
"Tadi dari AI, quantum, security, kemudian juga data privasi, ini empat elemen yang tidak bisa dipisahkan. Jadi harus terintegrasi, karena apa? Karena tadi kalau kita mau punya pendaulatan atau ketahanan digital yang baik, semua ini harus terintegrasi," ujar CEO PT Xynexis International Eva Noor dalam acara Digital Resilience Summit 2025 yang berlangsung di Kantor Peruri, Jakarta, Rabu (10/9/2025).
Ia menjelaskan, inisiatif membangun ketahanan digital nasional menjadi alasan lahirnya forum Digital Resilience Summit 2025.
Forum ini digelar selama dua hari, menghadirkan regulator, akademisi, komunitas, dan pakar industri untuk mengukur kesiapan Indonesia menghadapi tantangan teknologi terbaru.
"Kenapa Peruri? Karena DNA bisnis kita mirip. Kalau di Xynexis pengalaman kami di keamanan siber sudah lama, sementara Peruri juga dari printing sampai digital. Karena itu, kita membentuk forum ini untuk menjadikan ketahanan digital Indonesia sebagai tujuan agar bisa berkompetisi secara global," jelasnya.
Hari pertama forum berfokus pada diskusi strategis, sementara hari kedua diisi masterclass series yang bersifat teknis dan praktikal.
Peserta tidak hanya mendapat wawasan strategi, tetapi juga pemahaman teknologi AI, quantum, hingga demo teknis.
Menurut Eva, AI memang mampu mempercepat bisnis, namun juga membawa risiko seperti misinformasi hingga serangan mesin otomatis.
Sementara itu, quantum computing berpotensi mematahkan sistem enkripsi, sedangkan isu privasi data berkaitan dengan kepercayaan publik.
"Jika teknologi-teknologi ini tidak kita pelajari dari sekarang, kita lihat celah-celahnya apa saja, supaya kita juga bisa bagaimana memitigasinya," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Peruri Dwina Septiani Wijaya menegaskan forum ini menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk mengintegrasikan strategi keamanan digital.
"Yang melandaskan kami mengambil tema digital resilience summit pada tahun ini yang dilaksanakan dalam rangkaian ulang tahun Peruri ke 54 pada bulan September ini dimana resilience memang menjadi tema besar kita pada tahun ini dan kami rasa ini juga sangat relevan untuk kita semua pada saat ini," ujar Dwina.
Ia menekankan bahwa perkembangan teknologi seperti AI dan quantum memang membawa peluang besar, namun sekaligus tantangan serius bagi keamanan informasi dan privasi data.
Karena itu, Peruri bersama Xynexis menginisiasi forum ini untuk mempertemukan regulator, industri, akademisi, hingga komunitas.
"Dengan transformasi kami ke era digital hal terkait kepada bagaimana kita mengembangkan teknologi feature security tinggi itu tetap menjadi suatu hal yang menjadi core competence dan fokus daripada Peruri," kata dia.
Sementara itu, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyoroti pentingnya kolaborasi seluruh pihak dalam membangun ekosistem digital nasional. Ia mencontohkan keberhasilan Bank Indonesia mengorkestrasi sistem pembayaran yang melibatkan banyak aktor.
"Saya rasa sistem pemerintahan digitalnya juga harus diorkestrasi dengan sangat lengkap seluruh aktornya," ujar Tiko.
"Kemudian bagaimana membangun regulasi yang membangun satu etikat dan tata kelola digital yang baik, termasuk bagaimana meregulasi dan memberikan ethical boundaries untuk penggunaan AI dan sebagainya," imbuhnya
Ia berharap Digital Resilience Summit 2025 tidak hanya sebatas forum diskusi, tetapi juga menghasilkan rekomendasi konkret bagi pemerintah.
"Kita ingin ada hasil yang konkret dari diskusi kali ini sehingga memberikan rekomendasi kepada pemerintah bagaimana kita bersama-sama membangun ekosistem digital yang future proof," kata dia.
(fab/fab)