Demo Besar-besaran di RI, Begini Dampaknya ke Pedagang Online

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
Selasa, 02/09/2025 13:15 WIB
Foto: Karyawan mempromosikan pakaian wanita di platfom siaran langsung (live) media sosial di kawasan Pertokoan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (13/10/2022). Di era digital saat ini berbagai cara pedagang mempromosikan barang jualanannya salah satunya dengan platform media sosial. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi demonstrasi yang meluas di Tanah Air turut berdampak pada pelaku Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM). Sejumlah pedagang mengaku mengalami penurunan penjualan dalam beberapa waktu terakhir. 

Pemilik toko online 'Vore Studio' yang berjualan di Shopee mengaku penjualan produknya anjlok sekitar 30%-60% pada hari-hari awal demo. Vore Studio merupakan UMKM yang menjajakan aksesori fesyen seperti anting dan kalung. 

"Lumayan berpengaruh di beberapa hari awal demo. Penjualan jadi menurun walaupun secara traffic masih tetap sama seperti biasanya, tetapi kemungkinan konsumen memilih produk yang penting terlebih dahulu," kata dia kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (2/9/2025).


Kendati demikian, dalam beberapa hari terakhir penjualan Vore Studio sudah mulai mengalami pemulihan.

"Penjualan akhirnya naik kembali di 2-3 hari belakangan," ia menjelaskan.

Cerita lain juga diungkapkan Trie Marnita (31), pemilik bisnis kuliner 'Ayamnya Bik'ud'. Ia baru merintis usahanya sejak Juli 2025, pasca resign dari kantor lamanya. 

Ia mengatakan bisnisnya memang belum stabil. Namun, dampak demo dirasakan karena sempat tidak ada pembeli sama sekali. 

"Ada banget [dampak demo], karena memang masih baru jadi belum terlalu stabil. Semenjak demo jadi enggak ada yang beli sama sekali. Adapun kemarin 1 orang tapi fiktif kata abang Grab-nya," kata perempuan yang kerap disapa Nita kepada CNBC Indonesia. 

"Driver juga sepi dan traffic di platformnya juga sepi banget. Asumsiku sih karena fokus pada ke demo," ia menambahkan.

Untuk pengantaran, Nita mengaku tidak mengalami kendala. Sebab, skala pengantaran jualannya belum terlalu luas dan tidak berada di lokasi demonstrasi.

"Tapi driver yang lalu lalang di tempatku juga sepi banget. Saat belanja kebutuhan logistik ke pasar kemarin sangat ramai, entah karena masyarakat emang panic buying atau engga, juga kurang paham," ia mengungkapkan.

UMKM Berbasis Komunitas

Senada, Tanti Seftiana Senjaya, pemilik bisnis kuliner yang menjual kue bebas gluten (gluten free), juga merasakan dampak dari demo. Sepanjang pekan ini, sebagian besar pesanan datang dari teman yang memang sudah order sebelum eskalasi demo.

"Sejak demo, penjualan organik hampir hilang. Turun sekitar 80% dibanding hari normal," kata Tanti kepada CNBC Indonesia.

Tanti memulai bisnisnya saat pandemi. Kala itu, seperti masyarakat kebanyakan, Tanti menghabiskan waktu lebih banyak di rumah. Ia lantas menyalurkan energi melalui aktivitas baking.

"Kami mulai waktu pandemi, awalnya cuma project kecil di rumah. Lama-lama banyak teman dan keluarga yang order, dari situ jadi usaha yang berkelanjutan," ia menuturkan.

Tanti menjajakan jualannya dengan memanfaatkan platform digital seperti media sosial, WhatsApp, dan promosi mulut-ke-mulut. Metode penjualannya lebih berbasis komunitas, dibesarkan oleh lingkaran pelanggan setia.

Dalam periode demo sepekan terakhir, hambatan yang dirasakan oleh Tanti juga terkait dengan logistik. Ada banyak jalan yang ditutup, ongkos kirim (ongkir) naik, serta waktu tempuh lebih panjang.

"Itu bikin pengiriman lebih sulit dan mahal sehingga menyulitkan pemilik usaha maupun pelanggan," ia menuturkan.

Baru-baru ini, pada tanggal 30-31 Agustus, Tanti turut serta dalam gelaran popup di Sentul. Gelaran ini sudah disiapkan selama berbulan-bulan dengan 30 tenant yang bergabung.

Kendati demikian, seminggu sebelum acara demo mulai meluas. Acara tetap berjalan karena pihak panitia menilai pembatalan sudah tidak dimungkinkan.

"Traffic sepi, banyak workshop batal, dan akhirnya acara dibubarkan lebih cepat. Tenant termasuk kami jelas rugi karena banyak produk makanan tidak terjual," kata Tanti.

Tanti mengakui kondisi saat ini sangat berat bagi UMKM. Ia mengatakan dukungan sekecil apapun dari masyarakat akan sangat berarti.

"Bagi UMKM, situasi seperti ini berat sekali. Tapi sekecil apa pun dukungan masyarakat sangat berarti, entah dengan membeli produk UMKM atau sekadar memberi semangat melalui kanal-kanal media sosial," ia memungkasi.

Bantu Ojol dan Penjual UMKM

Dalam beberapa hari terakhir, muncul gerakan untuk membantu para pengemudi ojek online (ojol) dan pedagang UMKM di masa-masa sulit ini. Bagi yang memiliki rezeki lebih, dianjurkan untuk mendukung para driver ojol dengan memesan makanan untuk mereka bagikan ke sesama pengemudi lain. 

Selain itu, bisa pula dengan membeli produk jualan para pedagang UMKM melalui berbagai channel yang tersedia. 

Pantauan CNBC Indonesia dalam beberapa hari terakhir, sejumlah netizen mengunggah tangkapan layar (screenshot) setelah memberikan dukungan bagi driver ojol dan pelaku UMKM, untuk menggaungkan gerakan ini.

Bahkan, gerakan ini juga dilakukan oleh sejumlah pengguna platform yang berasal dari luar Indonesia. Akun @sighyam mengajak pengguna Grab se-Asia Tenggara untuk memesan makanan hingga kebutuhan medis lewat aplikasi. Ajakan ini disambut positif oleh banyak pengguna di luar Indonesia. 

"Mengirim banyak botol air kepada driver Grab di Indonesia from Filipina, tetap terdehidrasi," tulis netizen dari Filipina bernama @neuroAnjiolina sambil membagikan tangkapan layar pesanannya di aplikasi Grab.


(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Cuan Bisnis Pembiayaan Karyawan & UMKM di Tengah Persaingan