Ilmuwan Prediksi Kiamat Mulai Tahun Depan, Ini Penjelasan Lengkapnya

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
Senin, 25/08/2025 06:40 WIB
Foto: Umat ​​beriman berenang di Sangam, pertemuan sungai Gangga dan Yamuna dengan sungai Saraswati yang tak kasat mata, untuk memperingati Maghi Purnima, salah satu hari suci selama "Maha Kumbh Mela", atau Festival Kendi Besar, di Prayagraj, India, 12 Februari 2025. (REUTERS/Ritesh Shukla)

Jakarta, CNBC Indonesia - Isu mengenai prediksi "kiamat" manusia di tengah perubahan iklim kembali menjadi sorotan, terlebih karena jumlah penduduk dunia yang terus meningkat pesat dari waktu ke waktu. Lonjakan populasi ini menimbulkan kekhawatiran akan ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia dengan sumber daya alam yang tersedia.

Ekonom dan ahli demografi Thomas Malthus memberikan peringatan awal jika manusia di bumi terus melakukan reproduksi, jumlahnya tidak akan sebanding dengan suplai makanan yang ada.

Bak angin segar, "ramalan" tenggat waktu yang diperhitungkan Malthus tersebut terbukti keliru. Sebab, perkembangan teknologi yang semakin canggih mampu menggenjot produksi makanan dengan lebih cepat bagi manusia yang jumlahnya kian banyak.


Namun, melansir Time, di era modern seperti saat ini prediksi soal kiamat Bumi kembali digaungkan oleh ahli fisika Heinz von Foerster dari University of Illinois. Ia memprediksi kiamat Bumi terjadi pada 2026 mendatang.

Teori Foerster dikembangkan pada tahun 1960 berdasarkan penghitungan pertumbuhan populasi manusia. Dengan pola tak terkendali, Foerster mengatakan kiamat akan terjadi pada 2026 atau 1 tahun dari sekarang.

Menurut dia, pada tahun 2026 populasi manusia akan mencapai batas maksimum yang dapat ditanggung planet Bumi.

Foerster menghitung dengan matematika yang rumit dengan menambahkan banyak faktor. Misalnya bencana skala besar seperti perang nuklir, pembentukan masyarakat dunia yang kooperatif, pengembangan metode teknis yang menghasilkan pasokan makanan tanpa terbatas, dan lainnya.

"Populasi yang cerdas akan memusnahkan diri mereka sendiri. Anak cucu kita tak akan kelaparan. Mereka akan diperas hingga meninggal," kata dia.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa meski teknologi produksi makanan makin canggih, tak akan mampu melampaui kecepatan kelahiran manusia.

Jumlah manusia memang meroket sepanjang abad ke-20 dari 3 miliar pada tahun 1960 ketika Foerster membuat prediksinya, menjadi 8 miliar saat ini.

Foerster mengatakan jika umat manusia ingin menghindari kiamat, pemerintah harus melakukan intervensi untuk mengontrol laju populasi yang kian cepat.

Salah satunya, ia mengatakan bisa dengan mengeluarkan kebijakan pajak yang lebih tinggi bagi keluarga dengan anak lebih dari dua.


(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kecanggihan Data Center SM+ Dukung Transformasi Digital RI