Ini Alasan Pemerintahan Trump Beli 10% Saham Intel

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
23 August 2025 17:45
FILE PHOTO: The Intel logo is shown at the E3 2017 Electronic Entertainment Expo in Los Angeles, California, U.S., June 13, 2017.  REUTERS/Mike Blake
Foto: REUTERS/Mike Blake

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Amerika Serikat (AS) resmi mengambil alih 10% saham perusahaan semikonduktor Intel. Ini dinilai sebagai sebuah langkah yang mencerminkan ambisi Presiden Donald Trump untuk memperluas kontrol negara terhadap sektor swasta.

Menteri Perdagangan Howard Lutnick mengumumkan pada Jumat (22/8/2025), AS telah membeli saham Intel senilai US$8,9 miliar atau sekitar Rp147 triliun (kurs Rp16.500). Transaksi ini mencakup 433,3 juta lembar saham biasa Intel pada harga US$20,47 per saham, lebih rendah dibanding harga pasar saat ini.

Intel, satu-satunya perusahaan AS yang mampu memproduksi chip canggih di dalam negeri, menegaskan dana pembelian saham berasal dari dua sumber diantaranya sebesar US$5,7 miliar hibah CHIPS Act yang sebelumnya sudah dialokasikan namun belum dicairkan, serta US$3,2 miliar dari program pengembangan chip keamanan.

Trump mengklaim bahwa investasi ini tidak merugikan negara. "Amerika tidak membayar apa pun untuk saham ini, dan sekarang nilainya sekitar US$11 miliar. Ini kesepakatan hebat untuk Amerika, juga untuk Intel," tulis Trump di akun Truth Social.

Meski memiliki porsi saham signifikan, pemerintah AS tidak akan mendapatkan kursi dewan maupun hak pengelolaan lainnya. Namun, pemerintah memiliki warrant untuk membeli tambahan 5% saham jika Intel kehilangan kepemilikan mayoritas atas bisnis foundry-nya.

CEO Intel Lip-Bu Tan menyambut langkah ini dengan menegaskan komitmen perusahaan. "Sebagai satu-satunya perusahaan semikonduktor yang melakukan riset dan produksi leading-edge logic di AS, Intel berkomitmen memastikan teknologi tercanggih dunia tetap dibuat di Amerika," kata Tan.

Langkah ini menjadi sinyal perubahan kebijakan industri AS. Pemerintah kini mengambil peran aktif di sektor swasta.

"Kami seharusnya mendapat kepemilikan ekuitas untuk dana kami," kata Lutnick. "Dana itu sudah dialokasikan sejak era Biden, dan kini kami dapatkan saham sebagai imbalannya," imbuhnya.

Sebelumnya, Intel juga mendapat suntikan modal dari SoftBank senilai US$2 miliar, setara 2% saham perusahaan. Meski mendapat dukungan dari pemerintah, Intel masih menghadapi tantangan besar dalam mengejar ketertinggalan dari Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), yang menjadi pemasok utama chip untuk Apple, Nvidia, Qualcomm, AMD, bahkan Intel sendiri.

Intel berencana membangun kompleks pabrik chip di Ohio, yang dijuluki "Silicon Heartland". Namun, proyek yang diperkirakan menelan biaya miliaran dolar itu ditunda hingga 2030, menyesuaikan kondisi pasar.

Undang-undang CHIPS and Science Act yang disahkan pada 2022 di era Biden sebelumnya telah menjanjikan hampir US$8 miliar untuk mendukung pembangunan pabrik tersebut.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Petaka Tarif Baru Trump Diumumkan Minggu Depan, Ini Korbannya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular