Amerika Dalam Bahaya Besar, FBI Kasih Peringatan Serius

Redaksi, CNBC Indonesia
Kamis, 21/08/2025 21:20 WIB
Foto: Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan konferensi pers setelah pertemuan mereka untuk merundingkan akhir perang di Ukraina, di Pangkalan Gabungan Elmendorf-Richardson, di Anchorage, Alaska, AS, 15 Agustus 2025. (REUTERS/Kevin Lamarque)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bahaya besar sedang mengintai Amerika Serikat (AS). Negara kekuasaan Donald Trump tersebut kembali menghadapi serangan siber besar-besaran dari kelompok hacker yang terasosiasi dengan beberapa unit mata-mata kawakan asal Rusia.


Hal ini diungkap FBI dan Cisco dalam pernyataan resmi masing-masing. Kelompok hacker terdeteksi telah melancarkan serangan pada akhir tahun lalu.


Mereka memanfaatkan kerentanan pada software Cisco lawas untuk menargetkan ribuan perangkat jaringan yang terkait dengan sistem TI infrastruktur penting.

Para hacker yang bekerja di unit Center 16 milik Badan Keamanan Federal Rusia (FSB) disebut mengekstraksi informasi konfigurasi perangkat secara massal.

"[Informasi itu] nantinya dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan berdasarkan tujuan dan kepentingan strategis pemerintah Rusia saat itu," kata peneliti Cisco Talos, Sara McBroom dan Brandon Write, dalam artikel yang dipublikasikan di blog Cisco, dikutip dari Reuters, Kamis (21/8/2025).

Terpisah, FBI mengatakan pada tahun lalu pihaknya sudah mendeteksi kelompok hacker yang mengumpulkan file konfigurasi untuk ribuan perangkat jaringan di beberapa entitas krusial AS lintas sektor.

Dalam beberapa kasus, file konfigurasi dimodifikasi untuk memungkinkan akses jangka panjang bagi hacker. Dengan begitu, hacker bisa melakukan pengintaian dalam jaringan yang ditargetkan, dengan minat khusus pada sistem kontrol industri.

Kedutaan Besar Rusia di Washington tidak merespons permintaan komentar. Moskow membantah telah melancarkan operasi mata-mata siber.

Para hacker mengeksploitasi kerentanan yang sudah ada sejak 7 tahun lalu dalam software Cisco IOS. Mereka menargetkan perangkat jaringan yang belum ditambal dan yang sudah habis masa pakainya, menurut artikel terpisah yang dipublikasikan pada Rabu (20/8) oleh Cisco Talos, unit penelitian intelijen ancaman Cisco.

Hacker lain yang didukung negara kemungkinan melakukan operasi pembobolan serupa yang menargetkan perangkat-perangkat tersebut, tulis para peneliti Cisco Talos.

Organisasi-organisasi di sektor telekomunikasi, pendidikan tinggi, dan manufaktur di Amerika Utara, Asia, Afrika, dan Eropa, dikatakan menjadi target paling banyak.

"Korban dipilih berdasarkan kepentingan strategis mereka terhadap pemerintah Rusia," kata para peneliti.

Unit hacker yang terkait dengan aktivitas ini telah beroperasi setidaknya selama satu dekade, menurut para peneliti, dan kemungkinan merupakan subkelompok dalam Center 16 FSB.

Pada Maret 2022, Departemen Kehakiman AS (DoJ) mendakwa empat warga negara Rusia dalam kelompok yang secara ilegal menargetkan sektor energi global antara tahun 2012 dan 2018.


(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:

Cegah Serangan Siber AI, Fokus Cisco Security Summit Indonesia 2025