Peneliti MIT Bikin Heboh, Raksasa Teknologi Langsung Ambruk

Redaksi, CNBC Indonesia
20 August 2025 21:10
A United States flag is reflected in the window of the Nasdaq studio, which displays indices and stocks down, in Times Square, New York, Monday, March 16, 2020. (AP Photo/Seth Wenig)
Foto: Studio Nasdaq, yang menampilkan indeks dan stok turun, di Times Square, New York, Senin, 16 Maret 2020. (Foto AP / Seth Wenig)AP/Seth Wenig

Jakarta, CNBC Indonesia - Laporan baru dari inisiatif NANDA MIT berjudul 'GenAI Divide: State of AI in Business 2025' membuat heboh industri teknologi. Popularitas AI yang digadang-gadang sebagai 'teknologi masa depan' pada kenyataannya belum memperlihatkan hasil yang setimpal.

Laporan menyebut hanya 5% dari program percontohan AI yang mencapai akselerasi pendapatan pesat. Mayoritas sebanyak 95% dikatakan terhenti, berdampak kecil, bahkan tak terukur laba-ruginya.

Penelitian tersebut didasarkan pada 150 wawancara dengan para pemimpin, survei 350 karyawan, serta analisis terhadap 300 penerapan AI publik.

Hasilnya, ada kesenjangan yang jelas antara kisah sukses penerapan AI yang digembar-gemborkan selama ini dengan proyek yang akhirnya harus disetop.

"Beberapa perusahaan besar dan startup yang lebih muda benar-benar unggul dalam AI generatif," kata Aditya Challapally, penulis utama laporan tersebut, serta kontributor peneliti pada proyek NANDA MIT, dikutip dari Yahoo Finance, berdasarkan laporan Fortune, Rabu (20/8/2025).

Ia mengatakan startup yang dipimpin oleh anak muda berusia 19 atau 20 tahun telah mengalami lonjakan pendapatan dari nol menjadi US$20 juta dalam setahun.

Pasalnya, mayoritas layanan AI yang dikembangkan fokus pada satu titik masalah, mengeksekusi dengan baik, dan bermitra secara cerdas dengan perusahaan yang menggunakan perangkat mereka.

Namun, bagi 95% perusahaan dalam kumpulan data tersebut, implementasi AI generatif masih belum memadai. Masalah utamanya bukan kualitas model AI, melainkan kesenjangan pembelajaran bagi perangkat dan organisasi.

Meskipun para eksekutif sering menyalahkan regulasi atau kinerja model, penelitian MIT menunjukkan adanya cacat pada integrasi perusahaan. Perangkat generik seperti ChatGPT unggul bagi individu karena fleksibilitasnya, tetapi kurang efektif dalam penggunaan di perusahaan karena tidak belajar atau beradaptasi dengan alur kerja, kata Challapally.

Raksasa Teknologi AS Ramai-ramai Rontok

Laporan tersebut sontak membuat industri teknologi bereaksi. Saham-saham teknologi AS anjlok, menurut laporan Financial Times.

Saham Nvidia yang merupakan pemain utama chip AI global terkoreksi 3,5% pada Selasa (19/8) waktu setempat. Firma software AI, Palantir, turun lebih tajam sebesar 9,4%.

Begitu pula firma perancang chip Arm yang sahamnya rontok 5%.

Indeks pasar saham Nasdaq Composite yang banyak berisi emiten teknologi ditutup turun 1,4%. Ini adalah penurunan indeks terbesar dalam 1 hari sejak 1 Agustus 2025. Indeks pasar saham blue-chip S&P500 juga jatuh 0,7%.

Pasar Asia mengikuti tren Wall Street yang terkoreksi. Nikkei di Jepang menunjukkan penurunan 1,8%. Kospi di Korea Selatan jatuh 1,9% dan Hang Seng di Hong Kong ambruk 0,6%.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mesin Uang Baru Israel Sudah Panen Rp 326 Triliun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular