Orang Tak Suka Dengar Musik Ternyata Ini Artinya Menurut Studi

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa orang sama sekali tidak merasakan kesenangan saat mendengarkan musik. Bagi mereka lagu tidak memberikan efek emosional sama sekali.
Fenomena ini disebut ilmuwan sebagai specific musical anhedonia. Dalam kondisi ini, individu tidak merasakan kesenangan dari musik, tetapi tetap menikmati rangsangan menyenangkan lainnya.
Penelitian terbaru dari Universitas Barcelona mengungkap penyebab di balik kondisi langka ini. Menurut peneliti Josep Marco-Pallarés, musical anhedonia bukan disebabkan kerusakan pada pendengaran, melainkan lemahnya koneksi antara jaringan pendengaran dan sistem penghargaan (reward) di otak. Akibatnya, musik tidak mampu memicu rasa senang seperti pada orang kebanyakan.
"Mekanisme serupa bisa saja menjadi penyebab perbedaan individu dalam merespons rangsangan menyenangkan lainnya," ujar Marco-Pallarés, dikutip dari New Atlas, Senin (11/8/2025).
Ia menambahkan, mempelajari jalur koneksi otak ini bisa membuka jalan bagi riset gangguan terkait sistem penghargaan seperti anhedonia, kecanduan, atau gangguan makan.
Untuk mengidentifikasi penderita musical anhedonia, para peneliti mengembangkan Barcelona Music Reward Questionnaire (BMRQ) yang mengukur lima aspek keterlibatan seseorang dengan musik, yakni membangkitkan emosi, mengatur mood, mempererat hubungan sosial, memicu gerakan/tarian, dan mencari hal baru melalui musik.
Hasilnya, orang dengan kondisi ini cenderung mendapat skor rendah di semua aspek tersebut. Mereka jarang punya lagu favorit, hampir tidak pernah merinding (chills) saat mendengar musik, dan reaksinya datar. Namun, mereka tetap memberikan respons normal terhadap rangsangan lain seperti hadiah uang.
Pemindaian otak mendukung hipotesis studi ini. Pada pendengar biasa, mendengarkan musik yang menyenangkan mengaktifkan area seperti nucleus accumbens, bagian penting dari sistem penghargaan otak. Sementara pada penderita musical anhedonia, MRI menunjukkan respons yang lemah terhadap musik, tetapi tidak pada kesenangan lainnya.
Adapun penyebab seseorang mengembangkan kondisi ini masih menjadi perdebatan. Studi tersebut mengusulkan bahwa faktor genetik dan lingkungan memainkan peran penting.
Penelitian juga menunjukkan bahwa cedera otak tertentu dapat menghasilkan kondisi serupa, di mana terjadi hilangnya kemampuan merasakan kesenangan secara selektif.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]