Astronom Temukan Lubang Hitam Tertua, Ukurannya Bisa Melahap Matahari

Intan Rakhmayanti, CNBC Indonesia
08 August 2025 17:35
Ilustrasi blazar, semburan ion dari lubang hitam yang arahnya menuju Bumi.
Foto: dok NASA

Jakarta, CNBC Indonesia - Para astronom menemukan lubang hitam supermasif tertua yang pernah terdeteksi di alam semesta. Objek ini berada di galaksi bernama CAPERS-LRD-z9 dan diperkirakan terbentuk hanya sekitar 500 juta tahun setelah Big Bang, atau sekitar 13,3 miliar tahun yang lalu.

Temuan ini berasal dari data Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST), dan mengindikasikan bahwa masih banyak lubang hitam serupa yang mungkin tersembunyi di objek-objek purba yang dikenal sebagai Little Red Dots (LRD).

Fenomena Little Red Dots mulai terdeteksi oleh para ahli sekitar tiga tahun lalu. Pada Desember 2022, JWST mengumpulkan data yang menunjukkan adanya titik-titik cahaya kecil dari formasi kuno di awal pembentukan alam semesta.

Analisis selanjutnya menunjukkan bahwa sekitar 70 persen dari LRD ini menampilkan tanda-tanda keberadaan gas yang berputar sangat cepat, sekitar 3,2 juta kilometer per jam yang menjadi indikasi kuat adanya cakram akresi di sekitar lubang hitam supermasif.

Namun, untuk memastikan apakah benar LRD tersebut mengandung lubang hitam aktif, para astronom melakukan studi lanjutan.

Setelah bertahun-tahun, tim internasional yang dipimpin oleh Cosmic Frontier Center, University of Texas di Austin, akhirnya memastikan bahwa CAPERS-LRD-z9 memang mengandung lubang hitam supermasif tertua yang pernah ditemukan.

"Dalam pencarian lubang hitam, ini adalah batas paling jauh yang bisa dijangkau secara praktis. Kami benar-benar mendorong batas kemampuan teknologi saat ini," ujar Anthony Taylor, peneliti dari Cosmic Frontier Center sekaligus penulis utama studi ini, dikutip dari Popsci, Jumat (8/8/2025).

Para peneliti melakukan analisis spektroskopi terhadap cahaya dari galaksi CAPERS-LRD-z9 untuk mengamati keberadaan gas berkecepatan tinggi. Gas yang bergerak menjauh dari Bumi terlihat memerah, sedangkan yang mendekat tampak membiru. Pola ini menjadi penanda khas adanya aktivitas lubang hitam.

"Tidak banyak hal lain yang menghasilkan tanda spektrum seperti ini. Dan galaksi ini menunjukkannya," kata Taylor. "Ketika kami membandingkan objek ini dengan sumber lain, hasilnya cocok," imbuhnya.

Lubang hitam di pusat CAPERS-LRD-z9 ini memiliki massa sekitar 300 juta kali lebih besar dari matahari, setara dengan separuh massa bintang-bintang di galaksinya. Ini membuatnya sangat supermasif, bahkan jika dibandingkan dengan lubang hitam supermasif lain yang lebih muda.

Ukuran yang luar biasa besar ini membuat para ilmuwan bertanya-tanya. Jika lubang hitam yang terbentuk lebih baru memiliki banyak materi untuk "dilahap," secara teori hal ini tidak berlaku bagi lubang hitam yang lahir hanya 500 juta tahun setelah awal alam semesta.

"Temuan ini menambah bukti bahwa lubang hitam awal tumbuh jauh lebih cepat dari yang selama ini kita perkirakan. Atau mungkin mereka memang sudah sangat masif sejak awal, jauh melampaui prediksi model-model kita," ujar Steven Finkelstein, direktur Cosmic Frontier Center dan salah satu penulis studi.

Ke depan, tim peneliti berharap dapat melakukan pengamatan lanjutan dengan resolusi lebih tinggi menggunakan JWST untuk memahami lebih jauh tentang LRD dan asal-usul lubang hitam kuno ini.

"Penemuan Little Red Dots adalah kejutan besar dari data awal JWST karena bentuknya sangat berbeda dari galaksi yang terlihat melalui teleskop Hubble," ujar Finkelstein. "Sekarang, kami sedang mencoba memahami apa sebenarnya mereka dan bagaimana mereka bisa terbentuk,".


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cincin Saturnus Hilang Mulai Minggu Depan, Ini Alasannya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular