Trump Perintahkan NASA Hancurkan 2 Satelit Bumi, Dampaknya Fatal

Redaksi, CNBC Indonesia
05 August 2025 17:00
Ini 17 Poin Penting dari Kebijakan Baru Tarif Trump,Termasuk untuk RI
Foto: Infografis/Ini 17 Poin Penting dari Kebijakan Baru Tarif Trump,Termasuk untuk RI/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintahan Donald Trump memerintahkan NASA untuk menghancurkan dua satelit yang membawa misi besar terkait perubahan iklim.

Laporan NPR menyebut pejabat Gedung Putih berkoordinasi langsung ke NASA untuk membatalkan dua misi yang disebut 'Orbiting Carbon Observatories'.

Misi tersebut telah mengumpulkan data yang secara luas digunakan oleh perusahaan minyak dan gas, serta petani. Data itu berisi informasi terperinci tentang distribusi karbon dioksida dan bagaimana hal itu dapat memengaruhi kesehatan tanaman.

Satu satelit dipasang di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Sementara satelit lainnya berdiri sendiri dan berfungsi mengumpulkan data.

Satelit yang berdiri sendiri itu akan mengalami kehancuran permanen setelah terbakar di atmosfer jika misinya dihentikan, dikutip dari Futurism, Selasa (5/8/2025).

Sebagai informasi, pemerintahan Trump selama ini memang secara blak-blakan tak mendukung upaya penanggulangan perubahan iklim. Bahkan, Trump menyebut isu perubahan iklim sebagai informasi yang menyesatkan.

Menurut para ilmuwan yang diwawancara NPR, dua satelit yang akan dimusnahkan tersebut sebenarnya diperkirakan masih berfungsi selama beberapa tahun lagi.

Dalam wawancara pada 2023 silam, NASA mengatakan data yang dihasilkan kedua satelit berkualitas tinggi dan sangat bermanfaat.

Observatorium tersebut menyediakan pengukuran karbon dioksida terperinci di berbagai lokasi, yang memungkinkan para ilmuwan mendapatkan gambaran detail tentang bagaimana aktivitas manusia memengaruhi emisi gas rumah kaca.

Mantan karyawan NASA David Crisp, yang bekerja pada instrumen Orbiting Carbon Observatories, mengatakan kepada NPR bahwa staf saat ini menghubunginya untuk menanyakan beberapa hal yang mendesak.

"Satu-satunya hal yang memotivasi mereka mempertanyakan hal-hal tersebut adalah ketika ada pihak yang meminta mereka menghentikan proyek tersebut," kata Crisp, dikutip dari Futurism.

Crisp mengatakan tidak masuk akal secara ekonomi untuk menghentikan misi NASA yang mengembalikan data yang sangat berharga.

Ia membeberkan biaya pemeliharaan kedua observatorium tersebut hanya US$15 juta per tahun, yang merupakan sebagian kecil dari anggaran NASA sebesar US$25,4 miliar.

Ilmuwan lain yang telah menggunakan data dari misi tersebut juga telah ditanyai pertanyaan terkait penghentian misi.

Kedua observatorium tersebut hanyalah dua dari puluhan misi antariksa yang menghadapi ancaman eksistensial berupa anggaran tahun fiskal 2026 yang diusulkan pemerintahan Trump.

Banyak ilmuwan yang geram dengan usulan tersebut, dengan alasan bahwa usulan tersebut dapat mempercepat berakhirnya kepemimpinan AS di bidang antariksa.

Para anggota parlemen telah menyusun tawaran balasan yang akan menjaga anggaran NASA tetap sesuai dengan anggaran tahun ini.

"Kami menolak pemotongan yang akan menghancurkan sains NASA sebesar 47 persen dan akan menghentikan 55 misi operasional dan yang direncanakan," kata senator dan pejabat tinggi anggaran Chris Van Hollen (D-MD) dalam sebuah pernyataan pada bulan Juli, seperti dikutip Bloomberg.

Pemusnahan misi antariksa dinilai sebagai hal yang berdampak fatal dan menunjukkan agenda anti-sains dari pemerintahan Trump. Bahkan, menurut otoritas hukum, hal tersebut berpotensi melanggar hukum.

"Menghapus anggaran atau mereduksi operasi satelit monitor Bumi akan membawa petaka dan menghancurkan kemampuan kita untuk meramalkan, mengendalikan, dan merespons bencana alam dan perubahan iklim," kata Zoa Lofgren, anggota DPR dan Komite Sains, Antariksa, dan Teknologi, kepada NPR.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: SpaceX Jemput 2 Astronot Yang Terjebak 9 Bulan di Luar Angkasa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular