Salah Perhitungan Gempa Dahsyat Dikira Ringan, 55.000 Tewas Seketika

Redaksi, CNBC Indonesia
29 July 2025 16:20
Rescuers work on searching for people buried under the rubble on a collapsed building, after an earthquake struck Elazig, eastern Turkey, Saturday, Jan. 25, 2020. Rescue workers were continuing to search for people buried under the rubble of apartment blocks in Elazig and neighbouring Malatya. Mosques, schools, sports halls and student dormitories were opened for hundreds who left their homes after the quake.(Can Celik/DHA via AP)
Foto: Gempa Bumi Turki (Can Celik/DHA via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Google akhirnya mengakui sistem peringatan dini miliknya gagal untuk mewanti-wanti pengguna saat terjadi insiden gempa mematikan di Turki pada 2023 silam.

Sepuluh juta orang dalam jarak 98 mil dari pusat gempa seharusnya dapat menerima peringatan tingkat tertinggi dari Google. Peringatan itu dirancang untuk memberikan waktu hingga 35 detik agar pengguna bisa mencari tempat berlindung.

Namun, yang terjadi berbeda. Hanya 469 peringatan "Take Action" yang dikirimkan untuk gempa berkekuatan M 7,8 pertama.

Sementara itu, Google mengatakan kepada BBC bahwa setengah juta orang lainnya dikirimkan peringatan level lebih rendah yang sejatinya dirancang untuk menghadapi guncangan ringan.

Sebelumnya, setelah investigasi pada 2023 silam, Google mengatakan kepada BBC bahwa sistem peringatan dini bencana miliknya memiliki kinerja baik.

Sistem peringatan tersebut belum tersedia secara meluas, yakni kurang dari 100 negara. Sistem itu disebut Google sebagai "jaring pengamanan golbal", terutama di negara-negara yang tak memiliki sistem peringatan bencana.

Sistem Google dinamai Peringatan Gempa Bumi Android (AEA). Sistem itu bekerja di perangkat Android atau lebih dari 70% HP yang beredar di Turki.

Dalam insiden gempa 2023 di Turki, lebih dari 55.000 orang tewas akibat dua gelombang gempa bumi di area tenggara Turki pada 6 Februari 2023. Lebih dari 100.000 terluka.

Banyak korban yang tidur di dalam gedung saat sekeliling mereka runtuh dan berserakan diguncang gempa.

Sistem peringatan dini Google sudah terpasang dan aktif pada hari terjadinya gempa, namun sistem tersebut meremehkan kekuatan gempa tersebut.

"Kami terus meningkatkan sistem berdasarkan apa yang kami pelajari dari setiap gempa," ujar juru bicara Google, dikutip dari BBC, Selasa (29/7/2025).

Cara Kerja Sistem Peringatan Gempa Google

Sistem Google mampu mendeteksi guncangan dari beberapa HP yang menggunakan sistem operasi Android. Dikarenakan gempa relatif lambat di Bumi, maka peringatan bisa disebar lebih awal.

Peringatan paling serius dari Google dinamai 'Tace Action". Peringatan ini disertai alarm kencang pada HP pengguna. Satu layar langsung dipenuhi oleh peringatan tersebut, bahkan mengabaikan penyetelan 'Do Not Disturb'.

Peringatan tipe ini semestinya dikirim ke semua orang ketika hendak menghadapi guncangan parah yang bisa mengancam nyawa manusia.

AEA juga memiliki peringatan yang lebih rendah dan dinamai 'Be Aware'. Peringatan ini dikirim ke pengguna untuk mengantisipasi guncangan yang lebih ringan. Peringatan ini juga tak akan mengabaikan penyetelan 'Do Not Disturb'.

Peringatan 'Take Action' sangat penting di Turki karena guncangan dahsyat dan gempa pertama terjadi pukul 04:17 waktu setempat, ketika banyak pengguna sedang tidur. Hanya peringatan yang lebih serius yang akan membangunkan mereka.

Beberapa bulan pasca gempa, BBC mencoba berbicara kepada para pengguna yang diberikan peringatan dari Google. Hal ini untuk menunjukkan seberapa efektif teknologi tersebut dalam memitigasi risiko bencana.

Namun, setelah beberapa bulan berbicara dengan orang-orang di seluruh zona yang terkena dampak gempa bumi, BBC tidak dapat menemukan seorang pun yang telah menerima pemberitahuan 'Take Action' sebelum gempa bumi terjadi.

Para peneliti Google telah menuliskan detail kesalahan di jurnal Science, dengan menyebutkan "keterbatasan algoritma deteksi".

Untuk gempa bumi pertama, sistem memperkirakan guncangannya antara 4,5 dan 4,9 pada skala magnitudo momen (MMS), padahal sebenarnya berkekuatan 7,8.

Gempa besar kedua yang terjadi pada hari yang sama juga diremehkan, dengan sistem yang kali ini mengirimkan peringatan 'Take Action' ke 8.158 ponsel dan peringatan 'Be Aware' ke hampir empat juta pengguna.

Setelah gempa bumi, para peneliti Google mengubah algoritmanya dan mensimulasikan gempa pertama lagi.

Kali ini, sistem menghasilkan 10 juta peringatan 'Take Action' kepada mereka yang paling berisiko - dan 67 juta peringatan 'Be Aware' lainnya kepada mereka yang tinggal lebih jauh dari episentrum.

"Setiap sistem peringatan dini gempa bumi menghadapi tantangan yang sama, yakni menyetel algoritma untuk peristiwa berkekuatan besar," ujar Google kepada BBC.

Namun Elizabeth Reddy, asisten profesor di Colorado School of Mines, mengatakan sangat memprihatinkan bahwa butuh lebih dari dua tahun untuk mendapatkan informasi ini.

"Saya sangat frustrasi karena butuh waktu begitu lama," ujarnya.

"Kita tidak sedang membicarakan peristiwa kecil, banyak orang meninggal, dan kita tidak melihat kinerja peringatan ini seperti yang kita harapkan," ia menambahkan.

Google mengatakan sistem ini seharusnya bersifat pelengkap dan bukan pengganti sistem nasional. Namun, beberapa ilmuwan khawatir negara-negara terlalu percaya pada teknologi yang belum sepenuhnya teruji.

"Saya pikir bersikap transparan tentang seberapa baik kinerjanya sangatlah penting," ujar Harold Tobin, direktur Pacific Northwest Seismic Network, kepada BBC.

Peneliti Google mengatakan analisis pasca-peristiwa telah meningkatkan sistem dengan lebih baik. AEA telah mengeluarkan peringatan di 98 negara.

BBC sudah bertanya kepada Google bagaimana kinerja AEA selama gempa bumi tahun 2025 di Myanmar, tetapi belum menerima tanggapan.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wah, Google Diduga Monopoli Pasar Iklan Teknologi Secara Ilegal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular