10 Biawak Mati Ditabrak Whoosh, Ahli Kasih Warning Tanda Bahaya
Jakarta, CNBC Indonesia - Peneliti Pusat Studi Komunikasi Lingkungan Unpad, Herlina Agustin buka suara soal kematian banyak biawak ditabrak kereta cepat Whoosh. Dia menekankan hal ini harusnya menjadi perhatian pihak KCIC.
Sebanyak 10 ekor biawak tercatat mati ditabrak Whoosh selama Semester I-2025. Termasuk pada Kamis (24/7/2025) saat kejadian yang sama terjadi pada relasi Tegalluar Summarecon-Halim di KM 86+200 antara Stasiun Padalarang dan Karawang.
Kejadian tersebut membuat perjalanan kereta cepat mengalami keterlamabatan selama 40 menit.
"Iya, harus banget. Ini bukan cuma soal keselamatan kereta dan penumpangnya, tapi juga soal keberadaan makhluk hidup lain yang ikut terdampak pembangunan. Kalau satwa bisa masuk ke jalur rel, artinya ada yang kurang beres dalam sistem pengaman atau mitigasi lingkungan KCIC. Dan, ini bukan soal satu ekor biawak aja ini soal ekosistem," kata Herlina dikutip dari Detik.com, Selasa (29/7/2025).
Menurutnya, biawak merupakan reptil dengan teritori. Bisa saja insting biawak di lokasi rel menganggap lokasi tersebut sebagai tempat tinggalnya yang beralih fungsi.
"Bisa jadi, malah kemungkinan besar iya. Biawak itu termasuk hewan yang punya teritori. Kalau rel dibangun di bekas habitat atau jalur jelajah mereka, ya mereka tetap bakal lewat situ. Mereka nggak ngerti batas proyek atau pagar KCIC. Buat mereka, itu masih rumahnya yang dulu," jelasnya.
Namun ancaman bukan hanya terjadi pada biawak saja. Sebab banyak satwan lain yang juga hidup di sekitar rel kereta cepat.
Herlina mencontohkan di lokasi dekat rel biasanya bisa ditemukan ular, musang, biawak hingga sejumlah buruk besar. Belum lagi sejumlah satwa langka dan dilindungi yang hidup di sekitar lokasi.
"Bisa jadi, malah kemungkinan besar iya. Biawak itu termasuk hewan yang punya teritori. Kalau rel dibangun di bekas habitat atau jalur jelajah mereka, ya mereka tetap bakal lewat situ. Mereka nggak ngerti batas proyek atau pagar KCIC. Buat mereka, itu masih rumahnya yang dulu," kata Herlina.
Dia menambahkan biawak bukanlah hewan yang dilindungi, namun berperan penting dalam menjaga ekosistem lingkungan. Hewan tersebut juga memiliki permasalahan seperti tekanan habitan, polusi dan konflik yang membuat populasinya kian terdesak di sejumlah daerah.
KCIC, Herlina meminta untuk serius membuat sistem mitigasi lingkungan. Misalnya dengan membangun pagar, sistem monitoring satwa, hingga membuat koridor satwa atau jalur penyebrangan khusus yang bekerja sama dengan ahli ekologi.
"Selain itu, mereka juga perlu transparan, kalau ada kejadian kayak gini, jangan dianggap sepele. Karena kalau terus dibiarkan, bisa bahaya buat dua-duanya, penumpang dan satwanya," pungkasnya.
(dem/dem)