
Zuckerberg Rebut Tanah Penduduk Lokal Demi Bangun Bunker Raksasa

Jakarta, CNBC Indonesia - CEO Meta (Facebook, WhatsApp, Instagram) Mark Zuckerberg belakangan menjadi sorotan gara-gara gencar membajak peneliti AI dari perusahaan pesaing dengan tawaran gaji dan bonus menggiurkan.
Diam-diam, ternyata Zuckerberg juga sedang mengekspansi bunker rahasia miliknya di Hawaii. NYPost melaporkan, Zuckerberg memperluas kompleks senilai US$300 juta (Rp4,8 triliun)miliknya hingga hampir 1.000 hektar.
Hal ini memicu kontroversi, terutama dari penduduk setempat, menurut laporan yang dikutip dari NYPost, Rabu (23/7/2025).
Perluasan terbaru lahan besar milik Zuckerberg di Pulau Kauai, Hawaii, mencakup lahan peternakan seluas 962 hektar yang dibeli pada awal tahun ini melalui sebuah perusahaan, menurut laporan Wired.
Sumber yang mengetahui soal penjualan tersebut memperkirakan harga belinya lebih dari US$65 juta (Rp1 triliun). Akuisisi ini menjadikan total kepemilikan Zuckerberg di Kauai menjadi lebih dari 2.300 hektar.
Catatan properti menunjukkan nilai pasar tanah tersebut sekitar US$75 juta (Rp1,2 triliun).
Di dalam kompleks yang sudah ada, Zuckerberg telah membangun dua rumah besar dengan luas lantai gabungan yang terdiri dari lapangan sepak bola, sebuah pusat kebugaran, sebuah lapangan tenis, beberapa rumah tamu, bangunan peternakan, rumah pohon berbentuk piring, sistem air, dan sebuah terowongan menuju tempat perlindungan alias bunker bawah tanah seukuran lapangan basket NBA, dilengkapi dengan pintu tahan ledakan dan pintu darurat.
Dokumen perencanaan terbaru yang dirilis melalui catatan publik menunjukkan rencana untuk tiga bangunan besar lainnya, dengan luas mulai dari 7.820 hingga 11.152 kaki persegi atau hampir 10 kali ukuran rumah rata-rata di Hawaii.
Dua di antaranya memiliki 16 kamar tidur dan 16 kamar mandi, ditata dengan desain bergaya motel, dengan beranda bersama seluas lebih dari 1.300 kaki persegi.
Setiap bangunan dilengkapi kamera, kunci keypad, dan perangkat deteksi gerakan. Juru bicara Zuckerberg, Brandi Hoffine Barr, menggambarkan bangunan-bangunan tersebut sebagai hunian tamu jangka pendek untuk keluarga, teman, dan staf.
Citra satelit menunjukkan puluhan bangunan di properti tersebut yang belum tertera dalam catatan publik. Berdasarkan jumlah kamar tidur dalam dokumen yang ditinjau Wired, kompleks tersebut pada akhirnya dapat menampung lebih dari 100 orang.
Penjualnya adalah Mary Lucas Trust Estate, yang sebelumnya menyewakan lahan tersebut untuk perkebunan tebu dan kemudian direstorasi untuk penggembalaan ternak. Hoffine Barr mengonfirmasi pembelian tersebut kepada Wired, tetapi tidak berkomentar mengenai ukuran atau harga.
"Mark dan Priscilla terus membangun rumah bagi keluarga mereka dan mengembangkan usaha peternakan, pertanian, dan konservasi mereka di Peternakan Koʻolau," kata Hoffine Barr.
"Sebagian besar lahan didedikasikan untuk pertanian, termasuk peternakan sapi, budidaya jahe organik, kacang macadamia, dan kunyit, restorasi tanaman asli, dan perlindungan spesies yang terancam punah. Setelah membeli peternakan tersebut, mereka membatalkan rencana pemilik sebelumnya untuk membangun 80 rumah mewah," ia menuturkan.
Investasi pasangan ini kini melebihi anggaran operasional tahun fiskal 2024 sebesar US$311 juta (Rp5 triliun) untuk Pulau Kauai.
Rebut Tanah Warisan Nenek Moyang
Seorang penduduk pulau setempat yang memancing di daerah tersebut menghubungi perwakilan Zuckerberg sekitar 10 tahun yang lalu untuk memberi tahu mereka bahwa sebagian kompleks tersebut menyimpan jenazah nenek buyutnya dan saudara laki-lakinya, menurut laporan Wired.
Julian Ako bernegosiasi dengan tim Zuckerberg selama berbulan-bulan sebelum akhirnya berhasil mendapatkan akses ke lokasi pemakaman dan mendaftarkan makam tersebut ke Departemen Sumber Daya Lahan dan Alam Hawaii.
Menurut Wired, Ako mencoba, namun gagal, untuk menemukan jenazah leluhur lain yang mungkin dimakamkan di properti Zuckerberg.
Para pejabat Hawaii mengatakan kepada Wired bahwa mereka mengonfirmasi kemungkinan adanya lokasi pemakaman tambahan, berdasarkan kesaksian lisan.
Lokasi pemakaman tersebut, sudah dipagari dan dirawat sejak pertama kali diidentifikasi pada tahun 2015, menurut pernyataan Hoffine Barr.
Ia menambahkan bahwa para pekerja terikat oleh peraturan yang mewajibkan pelaporan penemuan iwi, yakni tulang belulang leluhur Hawaii, yang tidak disengaja.
Namun, karena para pekerja di proyek tersebut terikat oleh perjanjian kerahasiaan yang ketat, penduduk setempat khawatir penemuan iwi di masa mendatang dapat disembunyikan.
"Jika semua pekerja telah menandatangani perjanjian kerahasiaan ini, pada dasarnya mereka disumpah untuk diam," kata Ako kepada Wired.
"Jika mereka menemukan iwi, akan sulit untuk menjadikannya pengetahuan publik, karena itu membahayakan pekerjaan mereka," ia menambahkan.
Zuckerberg mulai membeli tanah di Kauai pada tahun 2014, mengakuisisi 700 hektar di dekat kota Kilauea dengan harga sekitar US$100 juta (Rp1,6 triliun). Pembelian tersebut mencakup bidang tanah tempat ratusan penduduk setempat memegang hak kuleana, yakni hak hukum tradisional Hawaii yang memungkinkan keturunan pemilik tanah Pribumi Hawaii asli mengklaim tanah leluhur.
Pada 2016, Zuckerberg mengajukan gugatan "quiet title and partition" terhadap penduduk tersebut untuk memperjelas kepemilikan. Quiet title bertujuan untuk menetapkan kepastian hukum atau suatu hak milik atas tanah dengan cara menghilangkan klaim-klaim yang tidak sah atau meragukan.
Sementara itu, partition adalah tindakan hujum untuk membagi properti bersama menjadi bagian terpisah yang masing-masing menjadi milik individu.
Ia kemudian membatalkan gugatan tersebut setelah mendapat reaksi publik, tetapi proses hukum terus berlanjut di bawah Carlos Andrade, keturunan kuleana, yang akhirnya memenangkan kepemilikan tunggal atas tanah tersebut melalui lelang.
Dalam sebuah opini pada 2017, Zuckerberg menulis bahwa Andrade, yang meninggal pada tahun 2022, dapat melanjutkan gugatan "quiet title"-nya dan mewariskan hak kuleana karena ia telah tinggal dan merawat tanah-tanah ini selama lebih dari 40 tahun..
Pada 2021, Zuckerberg menambahkan lebih dari 560 hektar lahan peternakan, beberapa di antaranya berbatasan dengan Pantai Larsen. Kemudian pada tahun yang sama, ia membeli 110 hektar lahan lainnya, termasuk Bendungan Kaloko, waduk tanah yang runtuh pada tahun 2006, menewaskan tujuh orang.
Kehadiran Zuckerberg di pulau itu telah menuai dukungan sekaligus skeptisisme. Ia telah menyumbangkan jutaan dolar kepada lembaga nirlaba lokal, termasuk sebuah sekolah charter dan sebuah organisasi perumahan terjangkau di dekat kompleks tersebut.
Proyek-proyeknya juga telah menciptakan lapangan kerja bergaji tinggi. Namun, banyak penduduk setempat masih merasa khawatir tentang pengaruh para miliarder terhadap masa depan pulau tersebut.
"Jika pulau kita masih ingin tetap menjadi Hawaii, aktivitas semacam ini harus dihentikan," ujar Puali'i Rossi, profesor studi Pribumi Hawaii di Kauai Community College, kepada Wired.
"Pada akhirnya, Hawaii tidak akan lagi terlihat seperti Hawaii, melainkan akan menjadi komunitas resor. Apakah kita benar-benar memikirkan seperti apa pulau ini 100 tahun dari sekarang?" ia menambahkan.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Demi Bisa Jualan IPhone 16, Apple Mau Bangun R&D di Indonesia
