Gila! Batu dari Mars Ini Laku Rp 86,4 Miliar
Jakarta, CNBC Indonesia - Benda asing dari luar angkasa laku senilai US$ 5,3 juta atau setara dengan Rp 86,4 miliar. Sebuah meteorit yang merupakan bagian terbesar dari Mars diketahui ada di Bumi. Benda tersebut telah terjual yang dibeli oleh seorang penawar anonim dalam lelang Sotheby's New York.
Rumah lelang Sotheby's dalam pernyataannya mengungkapkan, meteorit tersebut dikenal sebagai NWA 16788 yang memiliki berat 54 pon (24,5 kilogram). Beratnya sangat besar dibandingkan dengan kebanyakan meteorit Mars, yang cenderung berupa pecahan-pecahan kecil.
Seperti diketahui, meteorit merupakan benda yang tersisa ketika sebuah komet, asteroid, atau meteoroid selamat dari perjalanannya melalui atmosfer bumi.
Sotheby's menyebut benda tersebut ditemukan pada November 2023 di wilayah Agadez, kawasan terpencil di Niger. Dan NWA 16788 adalah spesimen monumental yang berukuran sekitar 70% lebih besar daripada potongan Mars terbesar berikutnya yang pernah ditemukan di Bumi.
Benda ini juga sangat langka, yaitu hanya sekitar 400 meteorit Mars yang pernah ditemukan di Bumi.
"NWA 16788 adalah penemuan yang sangat penting - meteorit Mars terbesar yang pernah ditemukan di Bumi, dan yang paling berharga dari jenisnya yang pernah ditawarkan dalam pelelangan," kata Cassandra Hatton, wakil ketua ilmu pengetahuan dan sejarah alam di Sotheby's, dalam sebuah pernyataan, mengutip CNN Internasional, Sabtu (18/7).
Analisis komposisi internal meteorit telah mengungkapkan bahwa meteorit tersebut kemungkinan besar terangkat dari permukaan Mars dan terlempar ke luar angkasa akibat hantaman asteroid yang begitu kuat sehingga mengubah sebagian meteorit menjadi kaca.
"Lapuk karena perjalanannya melalui ruang dan waktu, ukurannya yang sangat besar dan warna merahnya yang tidak salah lagi membedakannya sebagai penemuan sekali dalam satu generasi. Meteorit yang luar biasa ini memberikan hubungan nyata dengan planet merah, tetangga angkasa kita yang telah lama menangkap imajinasi manusia," tambahnya.
Kerak kaca juga dapat terlihat pada permukaannya, terbentuk saat meluncur melalui atmosfer Bumi.
Namun, bagi sebagian orang, fakta bahwa meteorit tersebut dilelang dan bukannya disumbangkan untuk ilmu pengetahuan menjadi keprihatinan.
"Sayang sekali jika meteorit ini hilang ke dalam lemari besi seorang oligarki. Meteorit itu seharusnya berada di museum, di mana ia bisa dipelajari, dan bisa dinikmati oleh anak-anak, keluarga, dan masyarakat luas," kata Steve Brusatte, seorang profesor paleontologi dan evolusi di Universitas Edinburgh, Skotlandia, kepada CNN sebelum penjualan.
Namun, bagi Julia Cartwright, seorang ilmuwan planet dan Peneliti Independen di Institute for Space/School of Physics & Astronomy di University of Leicester, Inggris, berpendapat, ada keseimbangan yang harus dicapai.
"Pada akhirnya, jika tidak ada pasar untuk mencari, mengumpulkan, dan menjual meteorit, kita tidak akan memiliki koleksi sebanyak itu - dan ini mendorong ilmu pengetahuan!" katanya kepada CNN pada tanggal 9 Juli, menggambarkan "hubungan simbiosis" antara peneliti dan kolektor.
"Jika sampel tidak ditemukan, kita tidak akan memiliki banyak hal untuk dipelajari, dan tidak akan tahu sebanyak yang kita ketahui," tambah Cartwright.
Meskipun ia percaya bahwa akan sangat menyenangkan jika batu yang sangat luar biasa ini dapat dipelajari atau dipamerkan kepada publik, Cartwright menggarisbawahi bahwa sampel referensi dari meteorit tersebut telah disimpan di Observatorium Gunung Ungu di Cina.
"Meskipun kita tidak tahu di mana meteorit itu akan berakhir, Cartwright percaya bahwa minat ilmiah akan tetap ada, dan pemilik baru mungkin sangat tertarik untuk mempelajarinya, sehingga kita masih bisa mengumpulkan banyak ilmu pengetahuan dari sini," katanya.
Sebagai informasi, pada Februari 2021, sebuah meteorit Mars dengan atmosfer planet yang terperangkap di dalamnya dijual di bawah palu di rumah lelang Christie's.
Meteorit tersebut terjual seharga US$200.000, jauh di atas perkiraan pra-lelangnya sebesar US$30.000-50.000.
(rob/haa)