Mesin Uang Baru Israel Sudah Panen Rp 326 Triliun
Jakarta, CNBC Indonesia - AI jadi mesin uang baru di Israel. Banyak startup yang kini mengerjakan teknologi tersebut telah mengumpulkan pendanaan lebih dari US$20 miliar atau Rp 326 triliun.
Mengutip Calalis Tech, laporan Remagine Ventures mengungkapkan terdapat 342 startup Israel yang membuat produk berbasis AI generatif pada 2025. Angka itu melonjak dari data Mei 2024 dengan tambahan mencapai 198 perusahaan baru.
Dari 198 startup baru, 104 perusahaan menawarkan kapabilitas agentic AI. Sistem ini tengah menjadi tren yang bergeser dari generatif mandiri yang populer sebelumnya.
Agentic AI menawarkan kemampuan otonom atau semi otonom untuk bisa mengambil keputusan, menjalankan tugas dan mengelola alur kerja dalam lingkungan perusahaan.
Bidang yang paling mengalami peningkatan adalah bidang Keamanan Siber dan Kesehatan. Ada juga Operasi Model Bahasa Besar atau LLM Ops serta Teknologi Pemasaran.
Bidang ini juga melahirkan beberapa kesepakatan akuisisi. Tahun lalu setidaknya ada 31 akuisisi terjadi dengan total penjualan 17 perusahaan yang terungkap mencapai US$6,1 miliar.
Israel sendiri jadi alasan mengapa AI begitu berkembang di sana. Indeks AI Stanford 2024 menyebutkan negara tersebut memuncaki daftar konsentrasi talenta AI per kapita secara global.
Alasan lainnya adalah para pengusaha asal Israel berwawasan global. Selain itu memiliki pengetahuan mendalam bidang AI dan peningkatan pada akses modal.
Eze Vidra dari Remagine Ventures yang juga penyusun laporan 2025 mengatakan pengusaha Israel berhasil memanfaatkan momen untuk membangun AI. Bahkan negara itu juga disebut sebagai pemimpin AI terapan global karena gelombang inovasi yang tengah terjadi sekarang.
"Wirausahawan Israel memanfaatkan momen dengan kecepatan, kreativitas dan keunggulan teknis mendalam, membangun sisten agentic AI dengan aplikasi perusahaan yang nyata," jelas Vidra.
"Gelombang inovasi bukan hanya mengesankan secara skala, namun secara substansial, membuat posisi Israel sebagai pemimpin global AI Terapan," dia menambahkan.
Teknologi kecerdasan buatan (AI) memang menjadi buruan para perusahaan besar. Adopsi AI makin lama juga makin masif. Tidak hanya di negara maju, tetapi juga di ekonomi berkembang termasuk Indonesia.
Studi terbaru dari IBM Institute for Business Value yang dilakukan terhadap 2.000 CEO secara global, menemukan bahwa mereka CEO Indonesia ingin memperluas penerapan solusi AI di seluruh organisasi.
Sebanyak 77% dari CEO perusahaan Indonesia yang disurvei, menilai arsitektur data terintegrasi di seluruh perusahaan sebagai faktor krusial untuk mendorong kolaborasi lintas fungsi. Sementara itu, 67% menganggap data internal organisasi sebagai kunci untuk memaksimalkan manfaat dari teknologi generative AI (GenAI).
"
(dem/dem)