Tanda Kiamat Makin Nyata, Korban Berjatuhan di Depan Mata

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
16 July 2025 07:45
Damaged items lie inside of a cabin at Camp Mystic, in the aftermath of deadly flooding in Kerr County, Texas, U.S., July 7, 2025.   REUTERS/Sergio Flores
Foto: REUTERS/Sergio Flores

Jakarta, CNBC Indonesia - Cuaca ekstrem makin menggila. Banjir bandang menerjang berbagai belahan dunia mulai dari Amerika hingga Eropa dan Asia.

Para ilmuwan iklim mengatakan bahwa curah hujan ekstrem dan banjir kemungkinan besar diperparah oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

Ilmuwan iklim dari University of California, Daniel Swain, menegaskan bahwa pemanasan global sudah mengubah pola cuaca ekstrem secara signifikan.

"Ada banyak bukti bahwa ini adalah salah satu jenis cuaca ekstrem yang secara spesifik telah meningkat secara signifikan di seluruh dunia akibat pemanasan yang telah terjadi," kata Swain, dikutip dari ABC News, Senin (15/7/2025).

Fenomena tersebut membuat banjir menjadi lebih sering dan lebih ganas. Bahkan meski prakiraan cuaca cukup akurat, Swain menyebut, sulit memprediksi di mana banjir terparah akan melanda jauh-jauh hari sebelumnya.

Kondisi ini makin diperparah oleh perubahan suhu laut. Teluk Meksiko, yang berbatasan langsung dengan Texas, misalnya, kini jauh lebih hangat dan menghasilkan penguapan kelembapan tropis yang tinggi.

"Bergantung pada di mana lokasinya, udara lembab itu akan terangkat ketika naik melewati topografi," kata Swain. "Kemudian akan mendingin dan mengembun menjadi awan, terutama saat atmosfer mendukung terbentuknya badai petir."

Jennifer Marlon, peneliti senior di Yale School of the Environment, mengatakan bahwa banjir bandang memang selalu ada, tetapi pemanasan global akibat penggunaan bahan bakar fosil membuatnya jauh lebih buruk.

Para ilmuwan, kata dia, telah mengetahui selama lebih dari 100 tahun bahwa membakar bahan bakar fosil akan memanaskan planet ini.

Penggunaan mobil berbahan bakar bensin dan pembangkitan listrik dari metana menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah besar yang memerangkap panas.

"Panas ini kemudian memicu cuaca yang lebih ganas karena udara yang lebih hangat menyimpan lebih banyak uap air," jelasnya.

Tak hanya di Texas, banjir besar juga terjadi di berbagai negara lain. Di India, banjir bandang menewaskan puluhan orang. Di Eropa, curah hujan ekstrem menyebabkan luapan sungai dan memaksa evakuasi massal.

Andrew Dessler, pakar cuaca ekstrem dari Texas A&M University, mengatakan kondisi ini akan makin parah jika tak segera ada transisi energi.

Untuk mengurangi dampak perubahan iklim, Dessler mengatakan AS perlu mengambil langkah dengan meningkatkan sistem peringatan dini, membangun infrastruktur yang lebih baik dalam mengelola banjir, dan beralih ke tenaga surya serta angin.

Menurutnya, tenaga surya dan angin tidak hanya lebih ramah lingkungan, tetapi juga lebih murah dibandingkan bahan bakar fosil.

Para ilmuwan kini menyerukan agar para pemimpin dunia lebih serius dalam mengambil kebijakan iklim yang berkelanjutan dan berpihak pada energi bersih.


(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Foto Satelit Ungkap Fakta Mengerikan di Puncak Carstensz Papua

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular