15 Ribu Ilmuwan Teriak Bumi Mau Kiamat, Jadwalnya Sudah Ada
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah makalah yang ditandatangani lebih dari 15 ribu ilmuwan mengungkapkan kehidupan Bumi tengah terancam. Perubahan iklim disebutkan terus memburuk dan berubah dengan sangat cepat.
Dampak buruk ini bisa menimbulkan bencana yang lebih besar pada akhir abad ini. Kehidupan Bumi disebutkan terancam dan bergerak lebih cepat menuju "kiamat" yaitu pemanasan global yang dampaknya sudah mustahil dibatalkan.
"Selama beberapa dekade, para ilmuwan secara konsisten memperingatkan masa depan yang ditandai dengan kondisi iklim ekstrem karena meningkatnya suhu global yang disebabkan oleh aktivitas manusia yang melepaskan gas rumah kaca berbahaya ke atmosfer," tulis makalah tersebut, dikutip dari Futurism.
"Sayang, waktunya sudah habis," imbuh penelitian tersebut.
Salah satu penulis utama studi dari Oregon State University (OSU), Christopher Wolf mengungkapkan dampak besar dari bencana ini. Mulai dari kekurangan sumber daya alam, makanan dan air bersih.
"Kita sedang menuju potensi runtuhnya sistem alam dan sosial-ekonomi dan dunia dengan panas yang tak tertahankan dan kekurangan sumber daya alam, makanan dan air bersih," kata Wolf.
Tim peneliti memasukkan banyak poin data dalam studi tersebut. Ini menunjukkan pada 2023 terdapat banyak rekor iklim yang dipecahkan dengan margin besar.
Salah satunya adalah musim kebakaran hutan Kanada yang aktif. Kejadian itu menunjukkan titik kritik kebakaran baru, menjadi salah satu kalimat akademis paling menakutkan yang pernah ditulis.
Salah satu penulis studi lainnya dan profesor kehutanan OSU, William Ripple mengatakan pola yang mengkhawatirkan terjadi kala itu. Sayangnya manusia hanya melakukan sedikit hal untuk memperbaiki keadaan.
"Kami juga hanya menemukan sedikit kemajuan yang bisa dilaporkan terkait upaya umat manusia dalam memerangi perubahan iklim," kata Ripple dalam pernyataannya.
Dampak buruk ini disebabkan bukan hanya dari industri bahan bakar fosil, tetapi juga perwakilan pemerintah yang menggelontorkan subsidi.
Subsidi bahan bakar fosil antara 2021-2022 dilaporkan mengalami peningkatan dua kali lipat di Amerika Serikat (AS) saja. Yakni dari US$531 miliar menjadi lebih dari US$1 triliun.
Para peneliti mengungkapkan beberapa cara yang harus dilakukan untuk mencegah bencana lanjutan sebelum abad ke-21 berakhir. Manusia perlu beralih dari bahan bakar fosil dan memerangi konsumsi berlebihan oleh orang kaya.
(dem/dem)