China Serang Tetangga RI, Terungkap Pakai 'Senjata' Buatan Amerika

Intan Rakhmayanti, CNBC Indonesia
Selasa, 08/07/2025 21:20 WIB
Foto: Foto Kolase bendera Singapura dan bendera China. (AP Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Singapura baru-baru ini diterpa serangan siber yang salah satu pelakunya berasal dari China. Setelah ditelusuri, serangan tersebut diduga memanfaatkan server yang mengandung chip canggih milik Nvidia asal Amerika Serikat (AS). 

Hal tersebut diungkap oleh Menteri Dalam Negeri dan Hukum Singapura K. Shanmugam. Tiga pria, termasuk seorang warga negara China, telah didakwa atas kasus penipuan tersebut pada pekan lalu di negara tetangga RI.

"Kami menilai bahwa server tersebut mungkin mengandung chip Nvidia," ujar Shanmugam, dikutip dari Reuters, Selasa (8/7/2025).


Ia menjelaskan bahwa server yang terlibat dalam kasus ini dipasok oleh Dell Technologies dan Super Micro Computer kepada perusahaan-perusahaan berbasis di Singapura, sebelum akhirnya dikirim ke Malaysia.

"Apakah Malaysia merupakan tujuan akhir, kami belum bisa memastikannya saat ini," tambahnya, sambil menyatakan bahwa otoritas tengah menyelidiki kasus ini secara independen setelah menerima laporan anonim.

Singapura juga telah meminta otoritas AS untuk memverifikasi apakah server tersebut mengandung komponen yang masuk dalam daftar pembatasan ekspor AS ke China. Otoritas setempat menyatakan siap bekerja sama jika diperlukan penyelidikan bersama.

Sebelumnya, Reuters melaporkan bahwa AS tengah menyelidiki apakah DeepSeek, perusahaan AI asal China, telah menggunakan chip AS yang seharusnya tidak boleh dikirim ke ke negara tersebut.

Taktik China Selundupkan Chip AS

Reuters juga melaporkan tahun lalu bahwa universitas dan lembaga riset China memperoleh chip AI canggih Nvidia yang tertanam dalam produk server buatan Dell, Super Micro, dan Gigabyte Technology asal Taiwan.

Kasus di Singapura ini merupakan bagian dari penyelidikan polisi yang lebih luas terhadap 22 individu dan perusahaan yang dicurigai telah melakukan representasi palsu, di tengah kekhawatiran adanya penyelundupan chip AI secara terorganisir ke China dari negara-negara seperti Singapura.

Singapura sendiri merupakan pasar terbesar kedua Nvidia setelah AS, menyumbang 18% dari total pendapatan perusahaan dalam tahun fiskal terakhir, menurut laporan bursa saham Nvidia.

Namun, pengiriman aktual ke Singapura hanya menyumbang kurang dari 2% dari total pendapatan, karena pelanggan kerap menggunakan negara tersebut sebagai pusat penagihan untuk penjualan ke negara lain.

Beberapa pelaku startup AI asal AS, seperti CEO Scale AI Alexandr Wang, menyatakan bahwa DeepSeek memiliki hingga 50.000 chip Nvidia kelas atas yang dilarang untuk diekspor ke China.

Namun Wang belum menunjukkan bukti atas klaim tersebut dan tidak menanggapi permintaan konfirmasi dari Reuters.

DeepSeek juga belum memberikan tanggapan terhadap tudingan tersebut. Startup itu menyatakan telah menggunakan chip Nvidia H800, yang secara legal bisa dibeli pada tahun 2023, serta telah mengungkap bahwa mereka memiliki klaster superkomputer AI dengan chip Nvidia A100.

Juru bicara Nvidia menolak untuk memberikan komentar. Sementara DeepSeek juga belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar.


(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ancaman Siber Jadi Bom Waktu Transformasi Teknologi, Solusinya?