Profesi Baru Ini Jadi Rebutan, Gajinya Naik Gila-gilaan
Jakarta, CNBC Indonesia - Berkembangnya Artificial Intelligence juga membuat pekerjaan terkait bidang tersebut jadi buruan. Dampaknya membuat gaji untuk beberapa posisi mengalami peningkatan.
Salah satunya adalah ilmuwan senior AI. Dalam laporan data perekrut industri dan pergerakan pekerjaan FT, paket gaji untuk posisi tersebut mencapai US$3 juta (Rp 48,7 miliar) hingga US$7 juta (Rp 113,7 juta).
Bahkan sejumlah orang disebut mengantongi lebih dari US$10 juta (Rp 162,5 miliar) per tahunnya. Angka tersebut meningkat 50% dari tahun 2022 dan jauh lebih tinggi dari gaji untuk insinyur software tanpa pengalaman AI.
"Ini jadi lebih intens selama beberapa tahun terakhir, hingga titik saat pemain tertentu mau melakukan apa saja atau apapun agar bisa membawa bakat tersebut dalam organisasi," kata mitra di firma perekrutan AI Riviera Partner, Kyle Langworthy dikutip dari Economic Times, Rabu (2/7/2025).
Sementara itu, peranan ilmuwan riset AI menengah hingga senior di perusahaan teknologi besar juga mengalami peningkatan. firma perekrutan teknologi Harrison Clarke mengatakan jumlahnya mencapai US$500 ribu (Rp 8,1 miliar) hingga US$2 juta (Rp 32,5 miliar), naik dari US$400 ribu (Rp 6,5 miliar) hingga US$900 ribu (Rp 14,6 miliar) pada 2022 lalu.
Situs pelacakan gaji, Levels menyebut Meta menawarkan gaji untuk teknisi AI sekitar US$186 ribu (Rp 3 miliar) hingga US$3,2 juta (Rp 52 miliar). Sementara OpenAI berkisar US$212 ribu (Rp 3,4 miliar) hingga US$2,5 juta (Rp 40,6 miliar).
Namun angka besar itu tak begitu berarti. Karena para peneliti AI lebih mementingkan kepemimpinan dan misi peneliti dibandingkan gaji yang mereka dapat.
"Selalu ada risiko, jika Anda berakhir di Meta, tidak akan melakukan pekerjaan untuk level yang mungkin dilakukan DeepMind atau OpenAI atau Anthropic," kata CEO Harrison Clarke, Firas Sozan.
Sebelumnya, Meta diisukan menawarkan US$100 juta (Rp 1,6 triliun) untuk ahli AI. Bahkan Mark Zuckerberg turun langsung untuk mencari dan menyeleksi karyawan barunya.
Wall Street Journal menyebut dia menyiapkan daftar insinyur dan peneliti AI yang diinginkan. Zuckerberg jugalah yang menghubungi tiap kandidat.
Namun Sam Altman, bos OpenAI, mengkritik besaran uang yang dikeluarkan Meta. Dia juga mengklaim tak ada satupun pegawainya yang ingin pindah ke Meta.
"Saya pikir strategi besarnya kompensasi di depan dan itu alasan untuk seseorang bergabung, seperti sejauh mana mereka berfokus pada hal itu dan bukan pada pekerjaan dan misi, saya pikir tidak menciptakan budaya yang hebat," tegasnya.
(dem/dem)