PHK Massal di Mana-mana, Raksasa AS Pekerjakan 1 Juta Robot

Redaksi, CNBC Indonesia
01 July 2025 19:00
Amazon meluncurkan model dasar AI baru untuk mendukung armada robotnya dan menyebarkan robot ke-1 juta. (Dok. Amazone)
Foto: Amazon meluncurkan model dasar AI baru untuk mendukung armada robotnya dan menyebarkan robot ke-1 juta. (Dok. Amazone)

Jakarta, CNBC Indonesia - Amazon mengumumkan pencapaian baru dalam sektor robotik dan kecerdasan buatan (AI). Raksasa e-commerce asal Amerika Serikat (AS) tersebut mengatakan sudah memperkerjakan 1 juta robot di gudang penyimpanan paket.

"Kami baru saja meluncurkan robot ke-1 juta, yang memperkuat posisi kami sebagai produsen dan operator robotika bergerak terbesar di dunia," tulis VP Amazon Robotics, Scott Dresser, di laman resmi About Amazon, dikutip Selasa (1/7/2025).

Robot Amazon baru-baru ini dikirim ke pusat pemenuhan pesanan di Jepang. Amazon sendiri memiliki 300 fasilitas gudang alias warehouse di seluruh dunia.

"Kami juga memperkenalkan model dasar AI generatif baru yang telah kami rancang untuk membuat seluruh armada robot kami lebih cerdas dan lebih efisien," Dresser menambahkan.

Model AI itu disebut 'DeepFleet', yakni sistem yang akan mengoordinasikan pergerakan robot di seluruh jaringan pemenuhan pesanan Amazon. Sistem ini diklaim mampu meningkatkan waktu tempuh armada robot Amazon hingga 10%. Dengan begitu, pengiriman paket ke pelanggan lebih cepat dan dengan biaya murah.

DeepFleet dibangun menggunakan kumpulan data perusahaan yang lengkap dan ekstensif tentang pergerakan inventaris di dalam situsnya, serta memanfaatkan berbagai tool AWS, termasuk Amazon SageMaker.

"Model ini memungkinkan kami untuk menyimpan lebih banyak produk dengan jarak dekat ke pelanggan, sehingga pengiriman menjadi lebih cepat dan murah. Selain itu, karena dibangun di atas AI yang belajar dan berkembang seiring waktu, model ini akan terus menemukan cara baru untuk mengoptimalkan cara kerja robot kami," Amazon menjelaskan," Dresser menjelaskan.

Amazon mulai mengembangkan robot sebagai pekerja di warehouse sejak 2012. Kala itu, hanya satu jenis robot yang dapat memindahkan rak inventaris di seluruh lantai gudang.

Kini, Amazon mengoperasikan armada robot yang beragam, dirancang untuk membuat pekerjaan karyawan lebih mudah dan aman, serta operasi lebih efisien.

Robot Hercules Amazon dapat mengangkat dan memindahkan inventaris hingga 1.250 pon. Robot Pegasus Amazon menggunakan sabuk konveyor presisi untuk menangani paket-paket individual.

Selanjutnya, robot Proteus yang merupakan robot bergerak pertama Amazon yang sepenuhnya otonom, dapat bergerak dengan aman di sekitar karyawan di area terbuka untuk memindahkan kereta dorong berat yang berisi pesanan pelanggan.

"Robot-robot ini bekerja bersama karyawan kami, mengangkat beban berat dan tugas-tugas berulang sekaligus menciptakan peluang baru bagi operator garis depan kami untuk mengembangkan keterampilan teknis," tulis Dresser.

Badai PHK Gila-gilaan 

Lantas, apakah inisiatif robot Amazon akan memperparah badai PHK karena peran manusia sudah tergantikan?

Sebagai informasi, Amazon merupakan salah satu raksasa teknologi yang 'rajin' melakukan PHK dalam beberapa tahun terakhir. Data dari Statista menunjukkan Amazon merupakan perusahaan teknologi dengan tingkat PHK tertinggi pada periode 2020-2023.

Sebanyak 27.410 karyawan Amazon dirumahkan dalam periode 2022-2023, melalui 6 gelombang PHK massal yang diumumkan perusahaan.

Amazon juga beberapa kali mengumumkan PHK lanjutan sepanjang 2024-2025. Pada September 2024, Amazon mengumumkan PHK yang berdampak pada 15% pegawai di jenjang manajer dan kontributor.

Digadang-gadang, angkanya mencapai 14.000, namun hal ini dibantah oleh juru bicara Amazon, Brad Glasser, dalam wawancara dengan Fast Company. Amazon tak mengungkap angka pasti karyawan yang terdampak.

Di 2025, Amazon beberapa kali mengumumkan PHK. Antara lain dilaporkan pada Januari, Mei, dan Juni, yang berdampak pada beberapa karyawan lintas divisi.

Dalam beberapa kesempatan, Amazon berdalih PHK dilakukan karena perusahaan sedang melakukan pembentukan kembali organisasinya. Kendati demikian, Amazon mengindikasikan bahwa penerapan robot sebagai pegawai bukan alasan untuk memangkas karyawan.

"Sejak 2019, kami telah membantu meningkatkan keterampilan lebih dari 700.000 karyawan melalui berbagai inisiatif pelatihan, banyak yang berfokus pada penggunaan teknologi canggih. Faktanya, di pusat pemenuhan generasi berikutnya, yang diluncurkan akhir tahun lalu di Shreveport, Louisiana, robotika canggih membutuhkan 30% lebih banyak karyawan dalam peran keandalan, pemeliharaan, dan teknik," Dresser menuturkan.

Kombinasi pencapaian 1 juta robot dan DeepFleet menunjukkan dinilai Amazon sebagai permulaan masa depan yang menarik. Robotika dan AI disebut akan bekerja sama untuk menata kembali proses pemenuhan dan pengiriman paket ke konsumen.

"Ini baru permulaan. Seiring dengan makin banyaknya data yang dipelajari DeepFleet, perusahaan ini akan terus menjadi lebih cerdas dan mampu mendorong efisiensi yang lebih mendalam, membuka lebih banyak pilihan yang lebih dekat dengan pelanggan, dan menata ulang apa yang mungkin dilakukan dalam logistik robotik. Saya tidak sabar untuk berbagi lebih banyak tentang ke mana perjalanan ini akan membawa kita," Dresser memungkasi.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 15 Pekerjaan Terancam PHK Massal, Ganti Profesi Sebelum Telat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular