
Elon Musk Blak-blakan Sebut Trump Hancurkan AS, Begini Pernyataannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Perseteruan Elon Musk dan Presiden AS Donald Trump belum berakhir. Orang terkaya di dunia tersebut mulai mengkritik anggaran pemerintahan Trump pada 5 Juni 2025, tetapi buru-buru menarik ucapannya beberapa hari kemudian.
Pada 11 Juni 2025, Musk menyebut pernyataannya yang menyerang Trump sudah "terlalu jauh". Namun, tak berselang lama, Musk kembali melontarkan kritik pedas ke Trump.
CEO Tesla dan SpaceX tersebut kembali menyentil kebijakan pemerintahan Trump pada akhir pekan lalu melalui akun X personalnya. Kritikannya menyorot soal Rancangan Undang-undang (RUU) besar yang mencakup pemotongan pajak, belanja pertahanan, dan penguatan perbatasan.
"Aturan pajak Presiden [Trump] akan menghancurkan jutaan pekerjaan di AS dan menyebabkan kerugian strategis yang sangat besar bagi negara kita," kata Musk, dikutip dari Business Insider, Selasa (1/7/2025).
"[Kebijakan pajak Trump] benar-benar gila dan destruktif. Regulasi ini memberikan bantuan kepada industri-industri masa lalu, sembari merugikan industri-industri di masa depan dengan sangat serius," ia menambahkan.
Para legislator Republik berharap dapat mengirim RUU tersebut. Saat ini, RUU masih menunggu pemungutan suara di Senat, lalu ke meja Trump paling lambat pada 4 Juli 2025.
Musk mengatakan ia akan membentuk partai politik sendiri jika RUU itu disahkan. Ia berjanji untuk mengalahkan politisi yang memberikan suara mendukung RUU tersebut.
"Jelas terlihat dengan pengeluaran yang gila-gilaan dari RUU ini, yang meningkatkan batas utang hingga rekor LIMA TRILIUN DOLAR, bahwa kita hidup di negara satu partai - PORKY PIG PARTY!!" tulis Musk.
"Sudah saatnya ada partai politik baru yang benar-benar peduli dengan rakyat," ujarnya.
Sesaat setelahnya, Musk mempublikasikan unggahan baru. Ia tak segan-segan menyebut politisi yang mendukung RUU tersebut padahal berkampanye untuk memangkas anggaran pemerintah, patut "menggantung kepala mereka dalam kemaluan".
Musk juga akan memastikan bahwa para poltisi yang mendukung RUU tersebut tak akan terpilih lagi dalam pemilihan berikutnya. Adapun partai baru yang ingin dibentuk oleh Musk akan dinamai 'Partai Amerika'. Ia mengatakan pembentukannya akan ditetapkan sehari setelah RUU baru Trump disahkan.
"Negara kita butuh partai Demokrat-Republik alternatif, sehingga rakyat bisa memiliki SUARA," Musk menambahkan.
Musk sudah lama menentang kebijakan Trump yang diistilahkan 'One Big Beautiful Bill'. Dalam wawancara bersama CBS bulan lalu, Musk mengemukakan kekecewaannya terhadap anggaran besar yang dicanangkan pemerintahan Trump.
Musk mengatakan aturan soal anggaran baru tersebut membuat kerja tim Lembaga Efisiensi Pemerintah AS (DOGE) yang sempat ia pimpin menjadi sia-sia.
Ketika Musk mengkritik kebijakan Trump pada awal Juni lalu, ia blak-blakan menyebut kemenangan Trump dan Republik di 2024 terjadi berkat dirinya.
"Tanpa saya, Trump akan kalah dalam Pemilu, Demokrat akan memimpin DPR dan Republik akan menjadi 51-49 di Senat," tulis Musk pada akun X-nya pada 5 Juni 2025.
Pada wawancara dengan Bloomberg yang dipublikasikan 20 Mei 2025, Musk mengatakan sudah cukup mengeluarkan uang untuk politik. Ia berencana mengurangi pengeluaran politik di masa depan.
"Jika saya melihat ada alasan untuk mengeluarkan uang politik di masa depan, saya akan melakukannya," ia menambahkan.
Trump mengungkapkan kekecewaannya dengan sikap Musk kala itu. Trump mengatakan masih memiliki pandangan positif terhadap Musk, tetapi sudah tidak banyak mengobrol dengan pendukung kampanyenya tersebut.
"Ia [Musk] adalah pria yang cerdas. Dia benar-benar berkampanye dengan saya," kata Trump pada wawancara dengan Fox News beberapa saat lalu.
"Namun, Musk menjadi sedikit kesal dan itu tidak pantas," ia menambahkan.
Musk dan Gedung Putih tidak segera merespons permintaan komentar dari Business Insider.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bill Gates Takut Elon Musk Tak Becus, Ungkit Pengalamannya
