Peringatan Dini Gempa Megathrust Hantam RI, Ini Kata Ilmuwan UGM

Redaksi, CNBC Indonesia
Senin, 30/06/2025 12:30 WIB
Foto: Titik lokasi pusat megathrust. (Dok. Google Maps)

Jakarta, CNBC Indonesia - Warga RI dihantui ancaman gempa Megathrust berkekuatan dahsyat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) beberapa saat lalu mengatakan gempa Megathrust di RI tinggal menunggu waktu.

Bukan menakut-nakuti, tetapi ada 2 zona Megathrust yang diawasi dengan saksama karena sudah lama tidak mengalami gempa atau seismic gap, yakni berabad-abad.

Kedua zona yang dimaksud adalah Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut. Sebagai informasi, gempa besar memiliki siklus yang biasanya berentang ratusan tahun.


PR besar Indonesia adalah memitigasi dampak dari gempa Megathrust ketika waktunya tiba. Untuk itu, perlu dikembangkan sistem pendeteksian dan peringatan dini.

Dalam hal ini, Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk mengembangkan sistem peringatan dini gempa bumi berbasis Distributed Acoustic Sensing (DAS).

Inovasi berbasis AI tersebut memanfaatkan kabel optik bawah laut untuk memantau aktivitas seismik secara real-time.

Dengan mengandalkan infrastruktur kabel optik bawah laut milik Telkom yang terbentang dari Sabang hingga Merauke, sistem ini mampu mendeteksi gelombang primer (P-wave), sinyal awal sebelum gelombang sekunder yang merusak (S-wave) datang.

Sistem ini dapat memberikan peringatan beberapa detik hingga menit sebelum guncangan utama terjadi, sehingga dapat memberikan waktu yang sangat krusial untuk evakuasi dini.

Pemrosesan data dilakukan secara real-time dan terintegrasi dengan sistem geospasial, memungkinkan respons kebencanaan yang lebih cepat dan terkoordinasi.

"Teknologi ini memberikan solusi yang cepat, presisi, dan mampu menjangkau area rawan yang selama ini minim pemantauan," ujar Kuwat Triyana anggota tim peneliti UGM, dikutip dari keterangannya di laman resmi UGM, Senin (30/5/2025).

Mantan President Director PT Telkom Indonesia, Ririek Adriansyah, mengatakan penggunaan kabel optik sebagai elemen deteksi juga dapat meningkatkan ketahanan aset nasional yang vital dari berbagai risiko alam.

Ririek menambahkan bahwa pemanfaatan kabel optik yang sudah ada membuat sistem ini efisien dan mudah dikembangkan. Jalur kabel optik Telkom disebut telah melintasi di berbagai zona subduksi aktif di wilayah selatan Jawa, Nusa Tenggara, dan pantai barat Sumatra.

"Tanpa perlu pemasangan sensor baru, sistem ini dapat menjangkau area laut dalam yang sebelumnya belum tercakup oleh sistem peringatan konvensional," ujar Ririek.

Saat ini, sistem deteksi DAS tengah dalam tahap uji coba di kawasan Pantai Selatan Jawa dan akan diperluas ke wilayah rawan lainnya. UGM dan Telkom juga tengah merancang protokol kolaboratif agar data dapat diakses terbuka untuk riset dan kebijakan publik.

Langkah ini diharapkan dapat memperkuat sistem nasional dalam menghadapi bencana secara lebih terpadu dan responsif.


(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Dorong Ekonomi Digital RI Lewat AI, Cloud & Data Center