Diperas Apple, Pengguna iPhone Bisa Makin Miskin

Redaksi, CNBC Indonesia
08 August 2024 18:20
A man holds a bag with a new iPhone inside it as Apple's new iPhone 15 officially goes on sale across China, in Shanghai, China September 22, 2023. REUTERS/Aly Song
Foto: REUTERS/ALY SONG

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengguna perangkat Apple siap-siap harus merogoh kocek lebih untuk memanfaatkan fitur kecerdasan buatan (AI) 'Apple Intelligence'.

Dikutip dari CNBC International, Kamis (8/8/2024), Apple kemungkinan akan mematok biaya langganan senilai US$ 20 (Rp 317.000-an) bagi yang ingin merasakan kecanggihan Apple Intelligence.

Padahal, Samsung yang meluncurkan 'Galaxy AI' sejauh ini menggratiskan fitur tersebut bagi para pengguna HP Samsung yang kompatibel dengan teknologi itu.

Analis mengatakan Apple mencari cara untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan dengan bisnis layanan yang 'basah'.

Raksasa asal Cupertino itu berencana meluncurkan Apple Intelligence ke berbagai perangkat yang kompatibel mulai akhir tahun ini.

Ketika memperkenalkan Apple Intelligence pada Juni lalu, Apple berjanji kemampuan asisten suara Siri akan jauh meningkat. Ada pula beberapa kemampuan lain seperti pembuatan email dan gambar secara otomatis.

Namun, fitur-fitur itu sepertinya susah dinikmati pengguna di China dan Eropa karena terbentur aturan yang berlaku di wilayah terebut.

Neil Shah dari Counterpoint Research mengatakan investasi AI sangat mahal. Untuk itu, Apple sepertinya ingin cepat-cepat balik modal dengan meraup pendapatan dari pengguna.

"Software dan layanan akan menguntungkan bagi Apple dengan membebankan biaya modal ke pengguna melalui model berlangganan Apple One," kata Shah kepada CNBC dalam sebuah wawancara pekan lalu.

Langganan Apple One memakan biaya US$ 19,95 (Rp 317.000-an) per bulan dan memberikan pengguna akses ke berbagai layanan Apple, termasuk Apple Music.

Shah mengatakan Apple bisa mematok biaya antara US$ 10-20 untuk Apple Intelligence sebagai bagian dari Apple One.

Pada kuartal yang berakhir Juni lalu, divisi layanan Apple mendulang pendapatan US$ 24,2 miliar (Rp 384 triliun). Hal ini termasuk unik, sebab banyak perusahaan hardware lain yang tak memonetisasi software.

"Apple adalah salah satu perusahaan perangkat terkoneksi yang sukses memonetisasi layanan yang ditawarkan," kata Chief of Research CCS Insight, Ben Wood.

"Sebagai hasilnya, Apple mematok standar ke pengguna bahwa mereka harus membayar lebih untuk menikmati layanan premium. Dengan konsep ini, tak menutup kemungkinan Apple akan meminta bayaran lebih bagi pengguna untuk menikmati fitur-fitur lebih canggih di dalam Apple Intelligence," ia menjelaskan.

Shah mengatakan karakteristik AI adalah makin sering digunakan, tool itu akan mengenali penggunanya. Hal ini akan memunculkan ketergantungan pengguna ke AI.

Di sisi lain, sistem AI pada Apple tak bisa dialihkan ke Android. Dengan begitu, pengguna Apple mau tak mau harus membayar untuk menikmati kemudahan dengan beragam fitur AI Apple.

"Ketika pengguna menggunakan lagi dan lagi, mereka akan ketagihan. Di situlah celah bagi Apple untuk memonetisasi layanannya," ia menuturkan.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga iPhone Mahal, Apple Tak Takut Orang Ganti HP Android

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular