Ngeri Aplikasi China Masuk RI, Anak Buah Teten Bilang UMKM Pasti Mati
Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama Smesco Indonesia, Wientor Rah Mada menyebut Temu sebagai aplikasi e-commerce pembunuh UMKM asal China. Bahkan, katanya, aplikasi ini sudah menyerang pasar Amerika Serikat dan Eropa dengan subsidi harga yang mencapai 100%, atau konsumen hanya membayar biaya ongkos kirim.
"Temu ini aplikasi jahat dari China, yang kalau dibiarkan masuk [ke tanah air], maka UMKM kita sudah pasti mati. Ini barang langsung datang dari pabrik di China, kemudian tidak ada seller, tidak ada reseller, tidak ada dropshiper, dan tidak ada affiliator. Jadi tidak ada komisi berjenjang seperti yang e-commerce lainnya," kata Wientor dalam Diskusi Media di kantor Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KemenKopUKM) Jakarta, Selasa (6/8/2024).
Smesco Indonesia adalah lembaga di bawah Kementerian Koperasi dan UKMyang dipimpin oleh Menteri Koperasi dan UKMTeten Masduki. Tugas Smescoadalah membantu akses pemasaran bagi usaha kecil dan menengah.
Wientor menyampaikan, praktik pemberian subsidi yang begitu besar dari platform ini dilakukan hampir di setiap negara. Pihaknya pun mengindikasikan, di beberapa kondisi aplikasi Temu memberikan harga hingga 0%, atau konsumen hanya dibebankan biaya ongkos kirim saja.
"Jadi kalau mereka kemudian memberikan diskon 90% itu yang dilakukan hampir di setiap negara. Bahkan kami mengindikasikan, di beberapa kondisi mereka memberikan harga 0%. Di AS mereka sempat memberikan harga 0%. Jadi pembeli hanya membayar ongkos kirim," ujarnya.
Ia berasumsi, barang yang dijual di platform Temu merupakan barang-barang yang tidak laku di pasar China, sedangkan Negeri Tirai Bambu itu mengalami surplus barang, sehingga mereka harus mengeluarkan barang yang berlebih itu dari negaranya, dengan cara menjual dengan harga yang sangat murah.
"Asumsi kami, yang dijual di Temu itu adalah barang-barang deadstock atau yang tidak laku di China, kemudian dilempar ke negara lain. Karena kan kondisi ekonomi di China sekarang ini sedang surplus barang. Mereka harus mengeluarkan itu dari negerinya, dan salah satu cara mengeluarkan itu adalah melalui platform yang mereka punya. Itu terjadi di AS dan di Eropa. Jadi bukan tidak mungkin itu akan dilakukan di negara kita," terang dia.
Diberitakan sebelumnya, Uni Eropa tengah menyusun rencana untuk mengenakan bea masuk atas barang-barang murah yang dibeli dari platform e-commerce China, termasuk Temu, Shein, dan AliExpress. Hal tersebut diungkap tiga sumber yang familiar dengan rencana tersebut, menurut laporan dari Financial Times.
Komisi Eropa berencana memberikan batasan harga 150 euro (Rp 2,6 jutaan) untuk membebaskan produk dari pajak (duty free), dikutip dari Reuters, Kamis (4/7/2024).
Menurut Komisi Eropa, banyak produk-produk asing 'menjajah' pasar Eropa dengan menawarkan harga di bawah 150 euro. Selama ini, barang-barang impor murah di bawah 150 euro yang tersebar e-commerce tersebut tidak dikenakan pajak.
Uni Eropa telah mewacanakan aturan batasan pajak ini pada Mei 2023 lalu. Namun, sepertinya pemberlakuannya akan dipercepat karena barang impor murah makin merajalela.
Sementara itu berdasarkan Momentum Works, Temu kini sudah masuk pasar Thailand dan langsung menawarkan diskon 90% untuk produk fesyen yang dikirim langsung dari pabriknya di China.
Diketahui, Temu memulai operasinya dengan senyap pada Selasa (30/7/2024). Website Temu di Thailand menawarkan diskon hingga 90%. Semua barang yang ditawarkan Temu di Thailand adalah produk buatan luar negeri yang didatangkan langsung dari negeri asalnya tanpa perantara lokal. Sistem ini dikenal dengan perdagangan lintas perbatasan atau cross-border.
Produk yang dijajakan Temu di websitenya tidak memiliki merek atau barang unbranded.
Temu bisa mendatangkan barang dari China langsung ke Thailand lewat jalur darat antara Guangzhou ke Bangkok. Jalur logistik ini membuat Temu bisa mengantarkan barang ke pelanggan di China dalam waktu kurang dari 5 hari.
Berdasarkan data Momentum Works, Thailand adalah pasar e-commerce nomor dua di Asia Tenggara setelah Indonesia.
(dem/dem)