
OpenAI Terancam Bangkrut, Tahun Ini Diprediksi Rugi Besar Rp 81 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Layanan kecerdasan buatan (AI) booming di mana-mana berkat dipelopori OpenAI melalui layanan ChatGPT. Ironisnya, justru OpenAI kini diprediksi akan rugi besar.
Bahkan, startup yang dikembangkan Sam Altman itu digadang-gadang terancam bangkrut. Ada apa?
Penyebabnya tak lain adalah beban biaya operasional perusahaan yang terlampau tinggi. Menurut analisis The Information dan dikutip dari Deadline, OpenAI bisa mencatat kerugian masif sebesar US$ 5 miliar (Rp 81 triliun) pada tahun ini.
Nilai kapitalisasi pasar OpenAI diprediksi mencapai US$ 80 miliar (Rp 1.303 triliun) pada Februari 2024. Perusahaan diprediksi perlu mengeluarkan US$ 7 miliar (Rp 114 triliun) pada tahun ini untuk melatih dan mengoperasikan sistem AI-nya.
Artinya, OpenAI perlu lebih banyak uang untuk melanjutkan bisnisnya. Di tengah masifnya pengeluaran, OpenAI juga harus menghadapi sengitnya persaingan di kala raksasa teknologi lain berlomba-lomba mengembangkan sistem AI serupa.
Biaya OpenAI tak cuma untuk melatih sistem AI saja. Ada biaya lain seperti menyewa kapasitas server dari Microsoft untuk me-maintain ChatGPT. Biayanya sekitar US$ 4 miliar (Rp 64 triliun).
Selanjutnya, ada pula biaya US$ 3 miliar (Rp 48 triliun) untuk melatih model AI dengan data baru, dikutip dari Deadline, Rabu (31/7/2024).
Jangan lupa, OpenAI juga harus mengeluarkan biaya untuk gaji karyawan. Diprediksi nilainya US$ 1,5 miliar (Rp 24 triliun) untuk gaji sekitar 1.500 karyawan, menurut The Information.
Media tersebut mengatakan estimasi dibuat berdasarkan data sebelumnya dan wawancara dengan beberapa sumber dalam yang terlibat dalam bisnis OpenAI.
Jika tak memikirkan langkah bisnis secara matang, kerugian besar OpenAI bisa mendatangkan petaka bahkan kebangkrutan.
"Investor harus bertanya: Apa keunggulan OpenAI? Apa teknologi uniknya?" kata pakar AI dan profesor NYU, Gary Marcus, di akun X personalnya.
"Bagaimana strategi meraup untung dari OpenAI? Meta menyediakan layanan yang sama secara gratis. Mereka punya aplikasi 'pembunuh' persaingan? Teknologi mereka bisa diandalkan? Apa yang nyata dan hanya demo?" Marcus menambahkan.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos ChatGPT Mau Naik Gaji, Segini Upah Lamanya yang Dibilang Kecil
