Kelompok Pro Hitler-Nazi Tiba-tiba Membludak, Ini Biang Keroknya

Redaksi, CNBC Indonesia
30 July 2024 20:50
A protester holds a poster depicting Brazilian President Jair Bolsonaro as Adolf Hitler and the Portuguese word for genocidal, during a demonstration against Bolsonaro's handling of the coronavirus pandemic and economic policies protesters say harm the interests of the poor and working class, in Rio de Janeiro, Brazil, Saturday, June 19, 2021. Brazil is approaching an official COVID-19 death toll of 500,000 — second-highest in the world. (AP Photo/Bruna Prado)
Foto: Seorang pengunjuk rasa memegang poster yang menggambarkan Presiden Brasil Jair Bolsonaro sebagai Adolf Hitler saat demonstrasi menentang penanganan Bolsonaro terhadap pandemi virus corona dan kebijakan ekonomi pengunjuk rasa mengatakan merugikan kepentingan kaum miskin dan kelas pekerja, di Rio de Janeiro, Brasil, Sabtu, 19 Juni 2021. (AP/Bruna Prado)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ada masalah baru yang muncul di platform TikTok. Laporan dari Institute for Strategic Dialogue (ISD) yang dibagikan ke Wired menemukan kaum Neo-Nazi dan supremasi kulit putih membanjiri TikTok untuk menyebar propaganda dan merekrut anggota baru.

Mereka membagikan konten-konten terkait Hitler dan bahkan mendorong pengikut mereka untuk melancarkan aksi di dunia nyata, dikutip dari Wired, Selasa (30/7/2024).

Menurut laporan ISD, algoritma TikTok turut mempromosikan konten semacam ini ke pengguna baru. Komunitas ekstremis mampu mendulang popularitas di TikTok dan menjangkau audiens muda untuk menyebarkan pesan mereka.

Ratusan akun ekstremis di TikTok terang-terangan mempromosikan informasi sesat soal Holocaust. Mereka juga mengglorifikasi Hitler dan Jerman di era Nazi.

Bahkan, mereka terang-terangan mengatakan ideologi Nazi sebagai solusi dari masalah era modern. Akun-akun itu juga mendukung penembakan yang dilakukan atas nama supremasi kulit putih.

Nathan Doctor yang merupakan peneliti ISD mengatakan pihaknya mulai melakukan investigasi terkait gerakan ekstremis di TikTok mulai awal tahun ini.

Mulanya, ia menemukan akun berbau Neo-Nazi di TikTok ketika sedang melakukan riset untuk proyek lain. Dari satu akun itu, ia dengan cepat bisa menemukan banyak akun-akun lain yang menyuarakan hal serupa.

Mereka bersinergi dengan saling mengomentari konten satu sama lain, membagikannya, dan menyebar like, sehingga membantu algoritma TikTok untuk menyebarluaskan konten tersebut ke audiens yang lebih banyak.

Kelompok pendukung Neo-Nazi ini umumnya berdiskusi soal hal-hal teknis dan strategi perekrutan anggota via Telegram. Mereka juga membagikan video, gambar, dan audio untuk digunakan para anggota dalam menciptakan konten yang hendak dibagikan ke TikTok.

"Kami membagikan konten di akun TikTok baru dengan followers 0 tetapi bisa menghimpun view lebih banyak ketimbang platform semacam X," kata salah satu akun di grup Neo-Nazi di Telegram yang membahas soal jangkauan di TikTok.

"Layanan itu [TikTok] menjangkau lebih banyak orang," kata dia.

Salah satu akun Neo-Nazi populer di Telegram meminta para pengikutnya membagikan konten-kontennya untuk 'boost' algoritma TikTok sampai viral.

Salah satu channel Telegram dengan 12.000 pengikut mendorong para audiensnya untuk membagikan dokumenter 'Europa: The Last Battle' dengan konten bertema reaksi di TikTok agar film itu viral.

Peneliti ISD menemukan banyak video di TikTok yang membubuhkan cuplikan film tersebut. Beberapa mendulang lebih dari 100.000 view.

"Salah satu akun bahkan menghimpun hampir 900.000 view," tertulis dalam laporan tersebut.

Ini bukan kali pertama algoritma TikTok terdeteksi mempromosikan konten-konten ekstremis. Pada awal bulan ini, Global Network on Extremism and Technology melaporkan algoritma TikTok mempromosikan ideologi fasis ke generasi muda.

Peneliti yang sama pada tahun lalu menemukan algoritma TikTok mempopulerkan narasi supremasi Eropa-sentris ke pengguna di kawasan Asia Tenggara.

Menanggapi hal ini, juru bicara TikTok Jamie Favazza mengatakan pihaknya tidak menolerir perilaku ekstremis di platform di bawah naungan ByteDance tersebut.

"Sikap kebencian, beserta organisasi dan ideologi mereka tak memiliki tempat di TikTok. Kami sudah menghapus lebih dari 98% dari konten-konten semacam ini sebelum dilaporkan ke kami," kata dia.

Lebih lanjut, Favazza menegaskan TikTok bekerja sama dengan para pakar untuk selalu memperbarui tren dan memperkuat keamanan di platformnya dari ideologi dan kelompok ekstremis.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: AS Ancam Blokir TikTok, CEO Temui Senator

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular