Telkomsel Enterprise Kembangkan Smart Mining. Buat Apa?

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
Selasa, 16/07/2024 15:01 WIB
Foto: Dok: Telkomsel

Jakarta, CNBC Indonesia - Telkomsel Enterprise mendukung sektor pertambangan yang berkelanjutan. Salah satu upaya yang dilakukan TelkomGroup dengan menghadirkan layanan B2B di bidang digital dan teknologi.

Telkomsel Enterprise mengembangkan solusi Smart Mining untuk mewujudkan revolusi industri pertambangan 4.0 di Indonesia.Smart Mining merupakan pemanfaatan teknologi internet dan digitalisasi untuk mendukung pekerjaan di seluruh rangkaian proses pertambangan.

Solusi Smart Mining meliputi konektivitas 5G, robotik & otomatisasi, big data & analitik, fleet management system, computer vision, AI & ML, VR & AR, drone, serta penggunaan energi terbarukan. Selain itu, Smart Mining juga menyediakan sensor IoT untuk memantau keamanan pekerja melalui perangkat wearable yang dapat memonitor tanda vital, posisi pekerja, serta waktu tidur mereka.


Dengan demikian, solusi Smart Mining yang ditawarkan oleh Telkomsel memiliki kapabilitas untuk menciptakan proses end-to-end pertambangan menjadi lebih aman, efisien, ramah lingkungan, produktif, dan hemat biaya.

"Melalui solusi Smart Mining yang ditawarkan oleh Telkomsel Enterprise, pelaku pertambangan juga dapat menjalankan kegiatan pertambangan yang berkelanjutan dengan melakukan monitoring penggunaan konsumsi air dan energi secara digital. Solusi Smart Mining sendiri dapat menghemat mengurangi konsumsi penggunaan air," ungkap Telkomsel Enterprise dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (16/7/2024).

Bahkan, Smart Mining juga menyediakan alternatif untuk beralih menggunakan tenaga surya dan angin untuk mendukung kegiatan operasionalnya guna mendukung keberlanjutan lingkungan.

Saat ini, solusi Smart Mining sudah berhasil diaplikasikan di salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia, PT Freeport Indonesia. Telkomsel Enterprise melakukan implementasi 5G Smart Mining telah teruji dengan hasil yang positif dari berbagai negara maju.Setelah pengaplikasian Smart Mining, para pelaku bisnis melihat bahwa pemanfaatan solusi ini dapat meningkatkan produksi pertambangan.

Bukan cuma itu, Telkomsel juga menjalin kolaborasi strategis dengan PT Putra Perkasa Abadi (PPA), sebuah kontraktor penambangan batubara dalam penerapan layanan koneksi private network yang terintegrasi dengan tingkat reliabilitas dan keamanan tinggi serta latensi jaringan rendah.

Melalui ini, solusi Smart Mining yang mencakup Infrastructure as a Service (IaaS) dan fuel monitoring dengan teknologi IoT Intelligent Tank Monitoring System (INTANK) mampu mendukung proses otomasi di setiap aktivitas pertambangan maupun operasional perusahaan. Penyediaan informasi data secara real-time untuk melakukan monitoring penggunaan bahan bakar menjadi salah satu kebutuhan PT PPA.

Semetara solusi fuel monitoring dari solusi Smart Mining dapat membantu proses peninjauan ketersediaan bahan bakar pada storage tank dan tangki bahan bakar armada yang digunakan untuk melakukan aktivitas pertambangan, kapan pun dan di mana pun. Dengan fuel monitoring, PT PPA dapat memantau penggunaan armada hingga konsumsi dan ketersediaan bahan bakar secara akurat, yang pada akhirnya dapat membantu perusahaan dalam pengelolaan biaya operasional untuk meningkatkan efisiensi.

Ekspansi Telkomsel Enterprise pada ranah pertambangan menunjukkan komitmen Telkomsel dalam memberikan inovasi untuk menjadikan sektor pertambangan lebih aman, efektif, dan produktif melalui solusi digital yang terintegrasi. Telkomsel juga berkomitmen untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam pengembangan solusi Smart Mining.

Solusi Smart Mining yang ditawarkan oleh Telkomsel telah tersedia bagi para penggerak sektor pertambangan, dan bisa diakses lewat tsel.id/TelkomselEnterpriseSmartMining.

Untuk diketahui, pada 2022, industri pertambangan berkontribusi sebesar 12,22% terhadap PDB Indonesia. Hal ini merupakan peningkatan tajam jika dibandingkan dengan tahun 2016 yang hanya berkontribusi sebesar 716%. Namun demikian, terlepas dari perannya sebagai salah satu kontributor terbesar pada PDB Indonesia, masih ada beberapa kekhawatiran di industri pertambangan. Hal ini terutama terkait dengan risiko kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dan dampak buruk yang ditimbulkan terhadap lingkungan.

World Economic Forum turut menyatakan bahwa industri pertambangan mempekerjakan 1% dari tenaga kerja global, namun berkontribusi sebanyak 8% dalam total kecelakaan fatal. Kecelakaan kerja bisa disebabkan oleh faktor lingkungan, manusia, hingga peralatan.

Terlepas dari hal tersebut, berbagai perusahaan pertambangan telah menyatakan komitmennya dalam memastikan keberlanjutan semua proyek dan operasi yang dilakukan sehingga kepatuhan terhadap nilai-nilai Environmental, Social, Governance (ESG) merupakan prioritas utama di industri pertambangan.

Investor, pada khususnya, memiliki ketertarikan terhadap proses pengelolaan air yang lebih ramah lingkungan. Sebagai contoh, menurut Smart Water Magazine dan Eurostat, pada praktiknya, penggunaan air rata-rata dalam pertambangan mencapai 4.000 liter per ton bijih dan masih secara masif menggunakan bahan bakar fosil. 


(bul/bul)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Jurus Penambang Percepat Implementasi "Smart Mining"