Rawan Serangan, AI Bisa Lindungi Perusahaan dari Pencurian Identitas

dpu, CNBC Indonesia
Senin, 08/07/2024 16:47 WIB
Foto: Infografis/ Diserang Hacker, Seburuk Apa Keamanan Siber RI Dibanding Negara ASEAN?/ Ilham Restu

Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan siber dalam bentuk pencurian identitas di berbagai sektor cukup marak terjadi. Teranyar bahkan baru saja terjadi serangan ransomware yang dialami oleh Pusat Data Nasional Sementara (PDNS).

Oleh karena itu, keamanan identitas harus menjadi prioritas bagi para pemimpin perusahaan untuk mengetahui apa yang paling berharga bagi organisasi mereka. Lebih banyak perusahaan harus mengadopsi pendekatan berbasis risiko ini yang diistilahkan dengan "pola pikir penyerang". Tujuannya, untuk meningkatkan ketahanan dalam lingkungan perusahaan.

Hal tersebut disampaikan oleh Country Manager CyberArk untuk Indonesia, Hendry Wirawijaya baru-baru ini di Jakarta. Menurutnya, prinsip mengurangi hak istimewa dalam mengakses sistem perusahaan bisa secara efektif membendung risiko ransomware dan serangan pencurian identitas.


"Organisasi perlu melindungi identitas mereka agar tidak dieksploitasi oleh serangan siber oportunistik. Sebagian besar identitas mesin memiliki akses ke data sensitif perusahaan, sehingga memperluas permukaan serangan," tuturnya.

AI mewakili langkah selanjutnya dalam mengatasi ancaman dunia maya dengan mengotomatiskan respons dan meningkatkan ketangkasan tim keamanan. Kemampuan ini sangat penting dalam memberdayakan tim keamanan untuk memperkuat aset penting, termasuk identitas manusia dan nonmanusia.

"Organisasi juga dapat memanfaatkan kekuatan AI untuk mengidentifikasi pola anomali dalam kumpulan data keamanan yang sangat besar," imbuh Hendry.

Hendry mengatakan, teknologi kecerdasan buatan AI dapat dimanfaatkan untuk mengotomatiskan pembuatan kebijakan sehingga organisasi dapat meminimalkan risiko keberhasilan serangan.

"Kami telah banyak membantu organisasi di Indonesia dalam memitigasi kerugian ekstrim akibat ancaman dunia maya dengan menerapkan solusi keamanan identitas yang lebih maju. Namun, solusi keamanan siber yang digerakkan oleh AI mempunyai tantangan tersendiri. Tanpa perlindungan yang tepat, penyerang dapat melewati atau menonaktifkannya, sehingga memperbesar risiko keberhasilan serangan," ujarnya.

Karena itu, katanya, tim keamanan perlu mengadopsi pendekatan proaktif dalam mengelola teknologi keamanan AI. Hal ini termasuk melatih model AI dengan data dan menguji kemampuannya secara rutin.

"Solusi keamanan identitas yang dilengkapi dengan kontrol hak istimewa ikut berperan dalam skenario ini, karena solusi tersebut dapat mengontrol akses beban kerja untuk semua identitas, di mana pun identitas tersebut berada," katanya lagi.

CyberArk baru-baru ini menerbitkan laporan penelitian tingkat global baru mencakup data yang diperoleh dari Asia Pasifik dan Jepang (APJ). Laporan menunjukkan adanya peningkatan serangan terkait identitas terhadap perusahaan disebabkan oleh pendekatan yang masih bersifat tersekat-sekat (siloed approach) dalam mengamankan identitas baik manusia ataupun mesin.

Adapun survei "CyberArk: Laporan Lanskap Ancaman Keamanan Identitas CyberArk 2024" memberikan gambaran mengenai Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) yang di satu sisi mampu mendukung pertahanan siber tetapi di sisi lain meningkatkan kemampuan para penyerang siber. Juga mempercepat laju penciptaan identitas di lingkungan baru dan kompleks. Pun memberikan gambaran penilaian terkait pembobolan dan pencurian identitas yang memengaruhi perusahaan.

"Secara mengejutkan, 95% perusahaan APJ pernah mengalami pembobolan identitas dalam kurun waktu satu tahun terakhir, terutama akibat kurang memadainya kendali keamanan untuk identitas mesin dibandingkan untuk manusia. Seiring berlanjutnya inisiatif digital sebagai penggerak perusahaan dan terus bertumbuhnya identitas melalui penerapan AI, perusahaan di Indonesia perlu mengadopsi pola pikir bahwa, untuk mencapai ketahanan siber, tim keamanan harus mengutamakan keamanan identitas," tutupnya.


(bul/bul)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Adopsi Teknologi Tinggi, Infrastruktur Digital Makin Diperkuat