Ordal Bongkar Bobrok YouTube, Ternyata Parah

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
Kamis, 04/07/2024 06:40 WIB
Foto: Youtube Logo (AP/Danny Moloshok)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah karyawan YouTube buka suara soal cara perusahaan menanggapi konten-konten terkait serangan Israel ke Palestina pada Oktober lalu. Platform video itu disebut bias terhadap konten pro-Israel dan pro-Palestina.

Wired membuat laporan yang menyoroti kebijakan YouTube soal penayangan HarbuDarbu dari duo rap Ibrani Ness & Stilla. Banyak yang menganggap lagu tersebut penuh kebencian dan kekerasan pada warga Palestina, namun YouTube masih mempertahankannya di platform.


YouTube menekankan kekerasan dalam lagu tersebut menyasar pada Hamas, bukan warga Palestina. Tiga sumber yang terlibat atau diarahkan soal moderasi konten YouTube menyebutkan Hamas disebut sebagai organisasi teroris di AS dan boleh dikenakan ujaran kebencian, dikutip Rabu (3/7/2024).

Beberapa karyawan YouTube dan Google kepada Wired meyakini kebijakan soal lagu itu sebagai pola moderasi konten yang tidak konsisten. YouTube juga disebut telah menghapus transparansi yang biasanya dilakukan. Dulu, staf akan merangkum logika saat mengambil keputusan dari karyawan unit Google lain.

Namun, sumber menyebutkan sebagian besar praktik transparansi telah hilang. Bahkan keputusan juga langsung diambil.

Tiga sumber juga menyebutkan video seperti HarbuDarbu biasanya akan dihapus atau dibatasi saat adanya ketegangan yang meningkat. Sebagai contoh YouTube menghapus lagu Ibrani pada 2017 yang liriknya menyebutkan 'Saya akan membersihkan negara saya dari tiap orang Yahudi'.

Di luar soal perang, sejumlah karyawan meyakini HarbuDarbu juga bisa dihapus karena adanya lirik soal pelecehan pada tiga selebriti yakni model Bella Hadid, penyanyi Dua Lipa, dan bintang porno Mia Khalifa.

Ketiganya diketahui menyebut serangan Israel sebagai aksi genosida. Namun Youtube menyebut tidak ada pelanggaran penyebutan tiga artis tersebut.

"Mereka memilih tidak menggunakan akal sehat," ujar salah satu sumber menegaskan.

Sementara itu juru bicara YouTube Jack Malon membantah perusahaan membeda-bedakan konten tertentu. Dia menambahkan platform telah menghapus puluhan ribu video setelah konflik dua negara terjadi.

"Kami menghapus puluhan ribu video sejak konflik dimulai. Beberapa merupakan keputusan sulit dan kami tidak menganggap enteng, berdebat untuk hasil yang tepat," jelasnya.


(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Dorong Ekonomi Digital RI Lewat AI, Cloud & Data Center