El Nino Ganti La Nina, Ahli BRIN Ramal Wilayah RI Ini Panas Kering

Redaksi, CNBC Indonesia
20 May 2024 16:05
Buruh tani padi memanen padi diKawasan persawahan Primeter Selatan, Tangerang, Banten, Kamis (1/3/2018). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga rata-rata Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp 5.207,00 per Kg atau turun 3,84 persen dan di tingkat penggilingan Rp 5.305,00 per Kg di Februari 2018. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena El Nino sudah berakhir. Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menungkapkan jadwal La Nina tiba di Indonesia dan wilayah yang terkena.

El Nino sudah memasuki periode netral pada periode Mei-Juni-Juli 2024 ini. Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin, menyatakan Biro Meteorologi Australia (Bureau of Meteorology Australia/ BoM) telah menetapkan status waspada La Nina.

"La Nina sudah official ditetapkan oleh BoM Australia bulan ini. Pengaruh atau La Nina berdasarkan data kami hanya terjadi di sebagian Sumatra dan Kalimantan berupa kemarau basah. Kalimantan bagian tengah dan timur alami kemarau basah," kata Erma kepada CNBC Indonesia, Rabu (15/5/2024).

Jika El Nino membawa ancaman kekeringan di wilayah RI, La Nina membawa risiko banjir dan suhu udara yang lebih rendah di siang hari. Badai tropis diperkirakan juga lebih sering terjadi selama periode La Nina.

"Sementara untuk Jawa, selama Mei-September sebagian besar mengalami musim kemarau yang normal dan cenderung minim hujan," tambahnya.

Untuk itu, Erma mengimbau, petani di wilayah Jawa mengantisipasi potensi tersebut dalam mempertimbangkan jenis tanaman yang akan ditanam. Menurutnya, tanaman palawija adalah tanaman pangan yang tepat ditanami pada kondisi tersebut.

Lalu bagaimana dengan intensitas La Nina yang diprediksi bakal menghampiri Indonesia?

"Probabilitas La Nina lemah hingga sedang terjadi selama musim kemarau," katanya. "Terkait kenapa hanya melanda sebagian Sumatra dan Kalimantan, masih butuh kajian. Kemungkinan karena daerah konvergensi antar-tropis atau ITCZ berada di utara ekuator. Juga karena maraknya pembentukan siklon tropis di Belahan Bumi Utara. Hal ini yang membuat La Nina tidak terlalu berdampak utk wilayah di selatan ekuator," jelas Erma.

Lembaga asing ramal La Nina

Sementara itu, BoM dalam analisis terbaru yang dirilis 14 Mei 2024 di situs resminya menyebutkan, indeks ENSO saat ini dalam fase Netral. Ada tanda-tanda yang menunjukkan La Nina akan terbentuk di kawasan Samudera Pasifik menjelang akhir tahun 2024.

BoM telah menetapkan pantauan saat ini ke Waspada La Nina. Yang menunjukkan adanya 50% peluang terjadinya La Nina, mengacu pada kondisi di masa lalu.

Hasil pemodelan terbaru BoM menunjukkan, ENSO akan bertahan pada fase Netral setidaknya hingga Juli 2024. Penting untuk ditekankan bahwa tanda-tanda awal La Nina paling relevan dengan iklim tropis Pasifik.

Mengutip situs resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) El Nino-Southern Oscillation (ENSO) didefinisikan sebagai anomali pada suhu permukaan laut di Samudera Pasifik di pantai barat Ekuador dan Peru yang lebih tinggi daripada rata-rata normalnya.

Disebutkan, iklim di Samudra Pasifik terbagi ke dalam 3 fase. Yaitu, El Nino, La Nina, dan Netral.

Pada fase Netral, angin pasat berhembus dari timur ke arah barat melintasi Samudra Pasifik menghasilkan arus laut yang juga mengarah ke barat dan disebut dengan Sirkulasi Walker. Suhu muka laut di barat Pasifik akan selalu lebih hangat dari bagian timur Pasifik.

Sementara saat fase El Nino, angin pasat yang biasa berhembus dari timur ke barat melemah atau bahkan berbalik arah. Pelemahan ini dikaitkan dengan meluasnya suhu muka laut yang hangat di timur dan tengah Pasifik. Air hangat yang bergeser ke timur menyebabkan penguapan, awan, dan hujan pun ikut bergeser menjauh dari Indonesia.

Ketika terjadi fase La Nina, hembusan angin pasat dari Pasifik timur ke arah barat sepanjang ekuator menjadi lebih kuat dari biasanya. Menguatnya angin pasat yang mendorong massa air laut ke arah barat membuat suhu muka laut di Pasifik timur menjadi lebih dingin. 


(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Petaka Baru Setelah El Nino, Ini Peringatan Ahli BRIN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular