
Saham Bisnis Nuklir Bos ChatGPT Anjlok di Perdagangan Perdana

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham perusahaan energi nuklir milik Sam Altman, Oklo, anjlok 54% pada perdagangan perdananya di New York Stock Exchange (NYSE). Saham yang memiliki ticker "OKLO," ini anjlok 54% pada hari Jumat menjadi US$ 8,45 per saham atau senilai US$ 364 juta. OKLO menerima sekitar US$ 306 juta dalam bentuk pendapatan kotor dalam transaksi tersebut.
Diketahui, perusahaan yang belum menghasilkan pendapatan ini go public melalui perusahaan akuisisi dengan tujuan khusus (SPAC) bernama AltC Acquisition Corp, yang didirikan dan dipimpin oleh Altman.
Latar belakang modal bisnis Oklo yaitu komersialisasi visi nuklir, reaksi yang menjadi bahan bakar semua pembangkit listrik tenaga nuklir. Alih-alih reaktor konvensional, perusahaan ini bertujuan untuk menggunakan reaktor nuklir mini yang ditempatkan dalam struktur rangka-A. Tujuannya adalah untuk menjual energi kepada pengguna akhir seperti Angkatan Udara AS dan perusahaan teknologi besar.
Oklo saat ini tengah membangun reaktor skala kecil pertamanya di Idaho, yang pada akhirnya dapat memberi daya pada jenis pusat data yang dibutuhkan oleh OpenAI dan perusahaan kecerdasan buatan lainnya untuk menjalankan model dan layanan AI mereka.
Altman yang merupakan salah satu pendiri dan CEO OpenAI mengatakan bahwa dia melihat energi nuklir sebagai salah satu cara terbaik untuk memecahkan masalah dalam pemenuhan permintaan produk AI dan energi yang menggerakkan teknologi tersebut tanpa bergantung pada bahan bakar fosil.
Salah satu pendiri Microsoft, Bill Gates, dan pendiri Amazon, Jeff Bezos, juga telah berinvestasi di pembangkit listrik tenaga nuklir dalam beberapa tahun terakhir.
"Saya tidak melihat cara bagi kita untuk sampai ke sana tanpa nuklir," kata Altman kepada CNBC International pada tahun 2023 lalu.
"Maksud saya, mungkin kita bisa sampai di sana hanya dengan tenaga surya dan penyimpanan. Tetapi dari sudut pandang saya, saya merasa ini adalah cara yang paling mungkin dan terbaik untuk mencapainya," ungkapnya.
Dalam sebuah wawancara dengan CNBC pada hari Kamis, CEO OKLO, Jacob DeWitte, mengkonfirmasi bahwa perusahaannya belum menghasilkan pendapatan dan tidak memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir saat ini.
Ia mengatakan bahwa target operasi pembangkit pertamanya pada tahun 2027 mendatang.
Menempuh jalur SPAC memang berisiko. Namun perusahaan jenis ini menjadi sangat populer pada saat suku bunga rendah pada tahun 2020 dan 2021 ketika valuasi teknologi melonjak karena investor mencari pertumbuhan daripada keuntungan.
Namun pasar SPAC runtuh pada tahun 2022 seiring dengan kenaikan suku bunga dan kondisi keuangan yang belum pulih.
Di sisi lain, perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan AI adalah kesayangan baru di Wall Street.
"SPAC tidak memiliki kinerja terbaik dalam beberapa tahun terakhir, jadi bagi kami untuk mendapatkan hasil seperti yang kami dapatkan di sini jelas merupakan fungsi dari pekerjaan yang kami lakukan, tetapi juga apa yang kami bangun dan juga fakta bahwa pasar melihat peluang yang ada di sini," kata DeWitte, yang turut mendirikan perusahaan ini pada tahun 2013.
"Saya pikir ini sangat menjanjikan di berbagai bidang untuk [bidang] nuklir, AI, dorongan pusat data, dan juga bagian transisi energi."
Perusahaan ini telah mengalami kemunduran regulasi. Pada tahun 2022, Komisi Regulasi Nuklir AS menolak permohonan OKLO untuk reaktor Idaho.
DeWitte menyebut, pihaknya telah mengerjakan aplikasi baru, yang tidak akan diajukan ke NRC hingga awal tahun depan. Sebab saat ini perusahaan sedang dalam tahap "keterlibatan pra-aplikasi" dengan komisi tersebut.
Altman terlibat dengan OKLO saat menjabat sebagai presiden inkubator startup Y Combinator. OKLO masuk ke dalam program ini pada tahun 2014 setelah pertemuan sebelumnya dengan DeWitte. Pada tahun 2015, Altman berinvestasi di perusahaan ini dan menjadi ketua.
Ini bukan satu-satunya investasi Altman di bidang energi nuklir atau infrastruktur lain yang dapat mendukung pertumbuhan AI berskala besar.
Pada tahun 2021, Altman memimpin putaran pendanaan senilai US$ 500 juta di perusahaan energi bersih Helion, yang bekerja untuk mengembangkan dan mengkomersialkan fusi nuklir. Helion mengatakan dalam sebuah posting blog pada saat itu bahwa modal tersebut akan digunakan untuk generator demonstrasi listriknya.
Dalam beberapa tahun terakhir, Altman juga telah menggelontorkan dana ke dalam usaha dan investasi chip yang dapat membantu menggerakkan alat AI yang dibangun oleh OpenAI.
Tepat sebelum pemecatan singkatnya sebagai CEO OpenAI pada bulan November, ia dilaporkan mencari miliaran dolar untuk usaha chip dengan nama sandi "Tigris" yang pada akhirnya akan bersaing dengan Nvidia.
Altman pada tahun 2018 berinvestasi di perusahaan rintisan chip AI Rain Neuromorphics, yang berbasis di dekat kantor pusat OpenAI di San Francisco. Tahun berikutnya, OpenAI menandatangani surat perjanjian untuk membelanjakan US$ 51 juta untuk chip Rain. Pada bulan Desember, AS memaksa perusahaan modal ventura yang didukung Saudi Aramco untuk menjual sahamnya di Rain.
DeWitte mengatakan kepada CNBC bahwa pusat data tersebut merupakan peluang yang cukup menarik. "Apa yang telah kami lihat adalah ada banyak ketertarikan dengan AI, khususnya," katanya.
"Kebutuhan komputasi AI sangat signifikan. Hal ini membuka pintu bagi banyak pendekatan yang berbeda dalam hal bagaimana orang berpikir untuk merancang dan mengembangkan infrastruktur AI," pungkasnya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Pencipta ChatGPT Mengaku Yahudi Dibela, Muslim Ditekan
