WhatsApp Dituduh Bantu Israel Lacak Warga Palestina, Ini Faktanya

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
25 April 2024 09:40
Warga Palestina, yang mengungsi akibat serangan militer Israel di Gaza selatan, berusaha untuk kembali ke rumah mereka di Gaza utara, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, seperti yang terlihat dari Jalur Gaza tengah, 14 April 2024. (REUTERS/Ramadan Abed)
Foto: Warga Palestina, yang mengungsi akibat serangan militer Israel di Gaza selatan, berusaha untuk kembali ke rumah mereka di Gaza utara, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, seperti yang terlihat dari Jalur Gaza tengah, 14 April 2024. (REUTERS/RAMADAN ABED)

Jakarta, CNBC Indonesia - WhatsApp dituding ikut membantu Israel. Platform Meta itu disebut membocorkan lokasi masyarakat Palestina kepada negara tersebut.

Israel menggunakan program yang disebut Lavender. Majalah +972 pernah melaporkan sistem itu digunakan untuk menargetkan puluhan ribu warga.

Lavender akan memilihnya secara sistematis. Dilaporkan pula hanya sedikit orang yang mengawasi sistem bekerja.

Paul Biggar yang merupakan insinyur software dan pendiri Tech for Palestine berusaha menjelaskan cara kerja Lavender. Program itu disebut untuk melacak anggota Hamas.

Mengutip laman TRT World, Lavender akan mengidentifikasikan target berdasarkan data yang didapatkan dari grup WhatsApp. Namun cara ini berisiko menargetkan warga sipil yang berbagi grup WhatsApp dengan anggota Hamas.

"Ini adalah sistem pre-crime dan harusnya tidak digunakan tanpa investigasi berdasarkan target yang disarankam." jelasnya dikutip Kamis (25/4/2024).

Penggunaan AI juga diaplikasikan Israel pada sebuah tools AI bernama Where's Daddy. Sistem menggunakan geolokasi untuk mengikuti Hamas ke rumahnya sebelum akhirnya diserang.

Sistem pra-crime atau sebelum kejahatan itu membuat tentara Israel bisa menebak siapa yang harus dibunuh. Berikutnya serangan dilakukan dengan menggunakan Where's Daddy.

WhatsApp membantah tudingan keterlibatan pihaknya. Menurut perusahaan. mereka tidak pernah membagikan informasi dengan siapapun.

Meta juga menegaskan perlu melakukan peninjauan, memvalidasi dan menanggapi permintaan otoritas dengan cermat. Termasuk juga untuk bisa melindungi data masyarakat.

"Tanggapan Meta bukanlah tanggapan yang kita inginkan dari perusahaan. Mereka harusnya mengumumkan audit kebijakan, personel dan sistem dari atas ke bawah, agar bisa menentukan apakah pengguna WhatsApp jadi target dan apakah mereka aman," jelas Biggar.


(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tanda Jelas Nomor WhatsApp Anda Diblokir oleh Orang Lain

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular