TikTok Diblokir, Trump Blak-Blakan Sebut Facebook Lebih Bahaya

Intan Rakhmayanti, CNBC Indonesia
13 March 2024 19:40
FILE - In this July 21, 2020 file photo, a man opens social media app 'TikTok' on his cell phone, in Islamabad, Pakistan. President Donald Trump said Saturday, Sept. 19, 2020 he’s given his “blessing” to a proposed deal between Oracle and Walmart for the U.S. operations of TikTok, the Chinese-owned app he’s targeted for national security and data privacy concerns. (AP Photo/Anjum Naveed, File)
Foto: AP/Anjum Naveed

Jakarta, CNBC Indonesia - Calon presiden Amerika dari Partai Republik, Donald Trump, baru-baru ini mengeluarkan pernyataan kontroversial soal wacana pemblokiran TikTok di AS. Ia mengaku khawatir jika pemblokiran TikTok hanya akan membuat Facebook lebih kuat.

Menurut Trump, tindakan memblokir TikTok hanya akan menguntungkan Meta. Ia menyebut induk platform Facebook itu lebih berbahaya.

"Tanpa TikTok, Anda dapat membuat Facebook lebih besar, dan saya menganggap Facebook sebagai musuh rakyat," kata Trump dalam wawancara dengan CNBC International, dikutip Rabu (13/3/2024).

Trump mengatakan dia tetap merasa TikTok menjadi risiko keamanan nasional, mengingat kepemilikannya di China. Kendati demikian, dia mengingatkan bahwa masih ada Facebook. Ia menyatakan bahwa platform tersebut memiliki masalah serupa terkait privasi dan keamanan.

"Jika China menginginkan sesuatu dari [TikTok], mereka akan memberikannya, sehingga risiko keamanan nasional berpotensi meningkat," Trump mengakui soal hal ini.

"Tetapi ketika saya melihatnya, saya tidak ingin membuat Facebook menjadi [kuat] dua kali lipat. Jika Anda melarang TikTok, Facebook dan lainnya akan mendapat manfaat besar," ia menjelaskan.

"Saya pikir Facebook telah memberikan dampak yang sangat buruk bagi negara kita, terutama ketika pemilu," Trump menambahkan.

Lebih lanjut, Trump menilai TikTok telah menjadi layanan yang digandrungi anak muda AS. Banyak pula yang bergantung ke platform tersebut untuk menghasilkan uang. 

"Ada banyak orang di AS yang menyukai TikTok. Ada banyak anak muda di TikTok yang akan menjadi gila tanpa platform itu," kata Trump.

TikTok, yang dimiliki oleh raksasa internet China ByteDance, mendulang popularitas selama beberapa tahun terakhir. 

Hal ini menyebabkan regulator khawatir bahwa kepemilikan induk perusahaan di China, berarti TikTok dapat membagikan data pengguna pribadi atas permintaan pemerintah Beijing.

Sebab, Undang-undang Intelijen Nasional China tahun 2017 mewajibkan organisasi dan warga negara untuk mendukung, membantu, dan bekerja sama dengan pekerjaan intelijen negara.

Pada tahun 2020, pemerintahan era Trump gagal memblokir TikTok dari toko aplikasi di AS karena kekhawatiran ini.

Trump kemudian memerintahkan ByteDance untuk mendivestasi TikTok dalam waktu 90 hari. Upaya ini, yang pada suatu saat dilihat oleh Microsoft mengajukan tawaran untuk bisnis TikTok di AS, juga tidak pernah membuahkan hasil.

Kini, anggota parlemen AS sekali lagi meningkatkan upaya untuk mengatasi kekhawatiran mereka terhadap TikTok, dengan Undang-undang terpisah yang mengusulkan divestasi TikTok oleh ByteDance, atau pelarangan secara penuh.

Presiden Joe Biden, yang telah menyatakan keprihatinannya terhadap keamanan nasional atas TikTok, juga mengatakan dia akan menandatangani Undang-undang yang akan melarang aplikasi tersebut, jika Kongres meloloskannya.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bocoran Menteri Teten Soal TikTok Shop Mau Buka Lagi di RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular